“…ketika melaksanakan tugas, maka lakukanlah sebaik mungkin”

Sekretaris Universitas: dr. Agustin Kusumayati, MSc, PhD

Do your best”. Itulah kira-kira ungkapan yang dipegang teguh oleh dr. Agustin Kusumayati, MSc, PhD. Menurutnya, proses tak kalah penting daripada hasil. Proses yang baik berpotensi menghasilkan sesuatu yang baik pula.

Sebagai salah satu figur yang telah mengabdi lama di Universitas Indonesia, dr. Agustin berupaya mengaktualisasikan 9 Nilai UI dalam setiap aktivitas sehari- harinya.

“Singkatnya Veritas, Probitas, Iustitia. Itu yang harus dipegang betul. Untuk mengoperasikan Veritas, Probitas, Iustitia tersebut, UI juga sudah memformulasikan 9 Nilai UI. Secara tidak sadar, saya mencoba untuk menjaga diri saya agar tetap bisa sesuai dengan semangat Veritas, Probitas, Iustitia dan 9 Nilai UI dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Selain itu, saya juga meyakini bahwa ketika melaksanakan tugas, maka lakukanlah sebaik mungkin. Proses itu menjadi penting sekali. Jika kita bersungguh-sungguh menjalankan tugas, insya Allah hasilnya baik. Namun, apapun hasilnya kelak, kita tidak akan kecewa karena kita sudah mengupayakan yang terbaik,” kata Sekretaris UI 2019– 2024 tersebut.

AKTIF BERORGANISASI

Di samping mengemban amanat berbagai tugas dan tanggung jawab di UI, dr. Agustin juga aktif berorganisasi di luar kampus. Ia, misalnya, saat ini tercatat sebagai Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia dan President AsiaPasific Academic Consortium of Public Health (APACPH). Ia memiliki alasan tersendiri mengenai alasannya aktif berorganisasi.

“Sebenarnya mengalir saja. Mengalir karena ada kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pribadi diri sendiri, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang tidak hanya berkaitan dengan substansi yang saya dalami, yaitu di bidang kesehatan masyarakat, tapi juga di bidang-bidang lain,” ujar wanita kelahiran 14 Agustus 1961 ini.

Lebih lanjut ia mengutarakan, kualitas, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimaksudnya adalah cara mengelola diri, orang, dan bekerja sama dengan orang. Hal-hal seperti itu perlu dilatih dan diasah. Caranya bagi dr. Agustin adalah dengan berpartisipasi dalam organisasi. Dengan kata lain, tetap menggelora semangatnya untuk terus belajar.

BEKERJA KERAS DAN CERDAS

Di masa technology disruption dan pandemi Covid-19 seperti saat ini, lanjut dr. Agustin, mahasiswa harus bersikap oportunis. Tentu, oportunis di sini bermakna positif.

“Kita ini kan sekarang berada dalam masa yang disebut masa disruptive. Revolusi industri 4.0 telah mengubah hampir semua aspek kehidupan manusia. Yang paling penting harus kita cermati adalah banyak sekali pekerjaanpekerjaan yang musnah, hilang, atau tidak dibutuhkan lagi karena tergantikan oleh teknologi,” papar Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI periode 2013–2021 ini.

Namun, di sisi lain, tambahnya, ada banyak peluang pekerjaanpekerjaan baru yang dibutuhkan akibat interaksi antara teknologi baru dan kebutuhan manusia. Hal ini tak terlepas dari masyarakat yang juga terus berkembang.

“Jadi, ini suatu challenge. Ketika sedang menghadapi tantangan ini, kami sedang meracik kurikulum yang baru, kompetensi yang harus kami berikan kepada lulusan. Semua program studi melakukan introspeksi. Saat evaluasi itu masih berlangsung, masih termangumangu, terbengong-bengong, tibatiba datanglah pandemi Covid-19,” ungkap dr. Agustin.

Menurut dr. Agustin, pandemi Covid-19 mendorong UI untuk mempercepat adaptasi terhadap cara, norma, dan protokolprotokol baru, termasuk penerapan teknologi terkini. Oleh sebab itu, ujarnya, UI tak ragu untuk memperbaiki infrastruktur teknologinya agar mendukung proses belajar-mengajar.

“Dengan adanya Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM), betul-betul mendorong kami melakukan reformulasi terhadap proses pendidikan di UI. Setiap program studi harus memproyeksi apa yang berpotensi dialami oleh alumni. Dari proyeksi itu, kami menetapkan kompetensi. Harus bisa apa alumni ketika lulus? Berkiprah di area mana saja mereka? Untuk itu, mereka butuh kompetensi. Dari kompetensi itulah, diturunkan menjadi capaian pembelajaran lulusan. Dari situlah kemudian dikembangkan mata kuliah-mata kuliah,” dr. Agustin menjabarkan.

Namun, lanjutnya, perubahan bisa saja terjadi di tengah tahun ajaran. Hal ini karena perubahan di era serba disruptif saat ini begitu cepat. Kondisi sekarang bisa berubah saat mahasiswa nanti kuliah, termasuk pasar kerja.

Tapi, dr. Agustin mengingatkan, berbagai upaya UI untuk menyiapkan kompetensi harus juga disertai dengan peran aktif masiswa itu sendiri. Perubahan juga dituntut dalam diri mahasiswa. Ia mendorong mahasiswa untuk lebih aktif, berani, dan percaya diri untuk belajar macam-macam. Belajar di sini juga sangat mungkin dilakukan di luar kampus untuk bisa mendapatkan pengetahuan sebanyak mungkin.

“Mari kita sama-sama bekerja keras dan cerdas. Mahasiswanya juga harus bekerja keras dan cerdas, harus melihat peluang-peluang yang tersedia, misalnya pertukaran pelajar, riset, bekerja di desa. Itu dimanfaatkan. Jangan sampai tidak memanfaatkan peluang-peluang tersebut. Dengan demikian, kita bersama bisa membentuk kompetensi yang kita inginkan kepada seluruh mahasiswa,” pesannya.

Bagikan artikel ini: