Tingkatkan Kompetensi Akademik dengan ChatGPT

ChatGPT memiliki sejumlah manfaat dalam proses belajar dan mengajar, namun penggunanya harus cerdas dalam mengunakannya.

Platform chatbot yang dikembangkan oleh OpenAI, sebuah laboratorium riset dan penerapan artificial intelligence (AI), yang berlokasi di San Francisco, Amerika Serikat, tak henti menjadi perbincangan di dunia maya. Inovasi OpenAI bernama ChatGPT ini sangat memudahkan pekerjaan manusia, terutama yang berhubungan dengan teks, seperti copy writing, menulis esai, makalah, buku, hingga puisi. 

Platform berbasis AI ini tak jarang dimanfaatkan pelajar maupun mahasiswa untuk mengerjakan tugas. Sebagian mahasiswa bahkan menjadikan ChatGPT sebagai partner dalam mengerjakan artikel ilmiah, tesis, skripsi, dan disertasi. Kehadiran ChatGP dirasa memberi manfaat bagi para mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar. Namun di sisi lain, pemanfaatan ChatGPT dalam akademik perlu mendapat perhatian yang serius. 

ChatGPT dianggap dapat menurunkan nalar kritis para mahasiswa. Ketergantungan menggunakan chatboat ini dipercaya membuat mahasiswa terlena sehingga enggan mencari referensi, menganalisis, dan menggunakan kemampuan otaknya. Penggunaan ChatGPT memangkas proses daya berpikir para mahasiswa dan menyajikan informasi secara instan. 

Dosen Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Dr. Fuad Gani, S.S., M.A., dalam webinar bertajuk Enhancing Learning Experiences and Outcome through ChatGPT (Innovation on Library Services) mengatakan, ChatGPT memiliki potensi untuk menawarkan berbagai manfaat, termasuk peningkatan keterlibatan mahasiswa dalam perkuliahan, kolaborasi, dan keluasan aksesibilitas sumber pembelajaran.

Kendati demikian, dalam webinar yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia, Fuad mengatakan, ChatGPT juga melahirkan berbagai tantangan dan kekhawatiran terutama terkait dengan kejujuran, integritas akademik, dan plagiarisme. 

Lantas Bagaimana seharusnya memanfaatkan ChatGPT dalam akademik?

 

ChatGPT Hanya Alat Bantu

Platform chatbot berbasis artificial intelligence (AI) hanyalah alat bantu untuk memudahkan pekerjaan manusia. ChatGPT tidak mampu melakukan penilaian seperti manusia sehingga tak bisa mengidentifikasi kesalahan logika dan mengevaluasi kekuatan argumen. Mahasiswa perlu meninjau dan membaca secara teliti terhadap hasil yang dikeluarkan oleh ChatGPT. 

 

Validasi Sumber Terpercaya

Memanfaatkan ChatGPT sebagai alat belajar tak berarti bebas risiko. Chatboat ini memiliki kekurangan dalam akurasi informasi. Oleh karena itu mahasiswa dituntut untuk melakukan validasi terhadap sumber yang dipercaya. Risiko lainnya ialah plagiarisme. Pengguna ChatGPT harus jeli agar tugas ilmiah dan skripsi yang dikerjakan tidak melanggar hak cipta. 

 

Memberi Input yang Jelas

Pertanyaan yang diajukan pengguna melatih ChatGPT untuk memberikan jawaban yang lebih akurat. Semakin spesifik pertanyaan yang diberikan, maka semakin baik kemampuan ChatGPT dalam memberikan jawaban. Oleh karena itu, mahasiswa harus memberi input yang cerdas dan meminta sumber yang kredibel. 

Bagikan artikel ini

Artikel lainnya