Terhimpit di antara dua generasi, generasi sandwich harus merawat orang tua dan anak-anaknya. Perlu strategi yang tepat agar dapat menjalankan perannya dengan baik.
Lebih dari separuh masyarakat usia produktif (25–45 tahun) Indonesia merupakan generasi sandwich. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh OCBC NISP pada 2023, menunjukkan bahwa 54 persen generasi muda Indonesia menjalani peran sebagai sandwich generation. Diperkenalkan oleh pekerja sosial dan ahli lansia Dorothy Miller dan Elaine Brody pada 1981, istilah generasi sandwich mengacu pada generasi penduduk yang menanggung beban ganda.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Lathifah Hanum, M.Psi. mengatakan, generasi sandwich merupakan generasi yang terhimpit sehingga kesulitan dalam memilih antara merawat orang tua atau merawat keluarganya. Dalam konteks Indonesia, definisi generasi sandwich menjadi lebih luas. Di dalam sebuah keluarga, misalnya, terdapat kakak atau adik yang sudah menikah dan memiliki anak sehingga terdapat generasi ketiga di dalam keluarga tersebut, kerap menganggap individu yang belum menikah juga sebagai generasi sandwich.
“Sandwich generation menggambarkan generasi yang terjepit karena memiliki tanggung jawab kepada orang tua dan generasi berikutnya, yakni anak-anaknya. Bagi individu yang belum menikah, sementara kakak dan adiknya sudah menikah dan memiliki anak tidak bisa dikatakan sebagai generasi sandwich. Generasi sandwich ini bukan soal usia, tetapi soal peran,” ucap Hanum.
Hanum menambahkan, menjalani peran sebagai generasi sandwich tentu tidak mudah. Secara individu, ia memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri, seperti belajar mengaktualisasi diri. Sementara di sisi lain, ia harus mengemban banyak peran sekaligus, sebagai anak, sebagai pasangan, sebagai orang tua, dan sebagai pekerja yang bertanggung jawab terhadap organisasi tempat ia bekerja. Menjalani lima peran sekaligus tentunya sangat stressfull.
Simbiosis Mutualisme
Namun persoalan mengenai generasi sandwich ini perlu dilihat secara lebih objektif. Menurut Hanum, jika merujuk pada data saat ini, 80 persen lansia di Indonesia tinggal di keluarga multigenerasi. Artinya para lansia ini tinggal bersama anak dan cucunya. Di beberapa daerah, bahkan terdapat empat generasi dalam satu atap.
Dalam keluarga multigenerasi ini, tuntutan tentunya tidak hanya berasal dari orang tua terhadap anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhan hidup orang tuanya. Dalam praktiknya, para lansia turut berperan dalam menjaga cucu-cucunya. Jika mengacu pada data Badan Pusat Statistik Indonesia, mayoritas lansia yang tinggal di dalam keluarga multigenerasi tinggal di rumah miliknya sendiri.
“Kalau praktik ini masih bertahan sampai sekarang berarti ada keuntungan yang didapatkan. Orang tua membukakan pintu untuk anak-anaknya. Sementara Anak-anaknya memberikan timbal balik dengan mencoba menanggung urusan rumah tangga. Jadi, sebetulnya ini simbiosis mutualisme,” ujar Hanum.
Hanum menilai, munculnya keluhan pada generasi sandwich disebabkan generasi produktif ingin punya keleluasaan, kebebasan, dan kemandirian. Sementara di sisi lain, para orang tua punya perspektif yang berbeda sehingga muncullah konflik. Belum lagi konflik antara mertua dan menantu yang berpotensi memperkeruh suasana dalam keluarga.
“Kemawasan diri dari masing-masing generasi sangat perlu. Kalau ini tidak dilakukan relasi di dalam keluarga menjadi buruk dan terjadi chaos,” ucap Hanum.
//Pointer//
Bagaimana Cara Menjalani Peran sebagai Generasi Sandwich?
1. Menerima Situasi yang Terjadi
Menerima situasi bukan berarti pasrah, tetapi memahami mengapa kita berada di posisi ini. Mengapa kita menjadi tulang punggung keluarga dan apakah peran ini harus kita tanggung seorang diri. Kemudian perlu mengidentifikasi diri. Jujur dengan kemampuan dan kapasitas diri yang dimiliki.
2. Membangun Komunikasi yang Terbuka
Penting membiasakan diri membangun komunikasi yang terbuka dengan keluarga. Sering kita mendengar pentingnya membangun komunikasi dengan pasangan, tetapi lupa komunikasi juga perlu dibangun dengan orang tua dan anak. Melalui komunikasi, antargenerasi akan saling tahu dan mengerti kondisi yang terjadi sehingga bisa mencari solusi bersama-sama.