Solusi Hunian Bagi Tunawisma

Desain hunian tiga mahasiswa program studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia meraih penghargaan internasional dari Las Vegas. Dinilai mampu menjawab krisis hunian bagi tunawisma.

Hunian murah beragam tipe untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti keluarga, pasangan, lajang, hingga komunitas bisa menjadi solusi mengatasi krisis perumahan di sebuah kota. Hunian terjangkau yang mengedapankan kepraktisan dan berpotensi untuk diwujudkan inilah yang mendorong Buildner (Bee Breeders), penyelenggara kompetisi arsitektur internasional, menyelenggarakan kompetisi bertajuk “Las Vegas Affordable Housing Challenge”.

Kompetisi yang mengangkat isu hunian bagi tunawisma ini bertujuan mencari ide segar yang mampu menjawab krisis perumahan komunitas di Las Vegas. Dikenal sebagai Kota Hiburan, Las Vegas ternyata memiliki masalah serius mengenai tunawisma. Di balik gemerlapnya Las Vegas, terdapat lebih dari lima ribu tunawisma yang mendiami kota ini.

Ide segar yang ditawarkan oleh Dhiya Luthfiyyah, Lulu Safitri Wijaya Jonni, dan Nadia Putri Humaira, mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DA FTUI), yang mengusung pemanfaatan terowongan yang tidak terpakai sebagai alternatif hunian bagi tunawisma berhasil meraih Honourable Mention Winners dalam ajang ini. Penghargaan atas rancangan yang diberi nama “Living in Tunnel” ini diumumkan oleh Buildner pada 15 Februari 2023 lalu.

Nadia Putri Humaira menjelaskan, Living in Tunnel merupakan desain hunian yang dirancang dengan konsep modular di dalam tunnel. Konsep modular dan self-construction yang bersifat fleksibel ini bisa menyesuaikan kebutuhan pengguna atau calon penghuni. Dengan menggunakan modul-modul kecil berukuran 1X1 meter yang dapat disusun dan dikonstruksi sendiri, Living in Tunnel dapat menekan biaya pembangunan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pengguna.

“Selain harganya yang terjangkau, rancangan hunian ini adaptif di berbagai lokasi. Modul-modul kecil ini dapat diaplikasikan pada terowongan-terowongan yang tersebar di Las Vegas. Tidak hanya hunian, kami mengusulkan agar fasilitas sanitasi komunal diletakkan di mulut terowongan,” jelas Nadia.

Nadia menambahkan, posisi sanitasi diatur sedemikian rupa dengan menampatkan ruang transisi yang terletak antara jalan dan terowongan sehingga tersembunyi dari pandangan publik. Dalam rancangan Living in Tunnel juga diusulkan agar ruang transisi tersebut dimanfaatkan sebagai taman komunal yang dilengkapi dengan mural.

 

Terowongan sebagai Peluang Hunian

Dalam merancang Living in Tunnel, ketiga mahasiwa DA FTUI ini dibimbing oleh Guru Besar DA FTUI, Prof. Ir. Evawani Ellisa, M.Eng., Ph.D., Arsitek Professional, Baiq Lisa Wahyulina, S.T., M. Ars., IAI., serta Asisten Dosen, Aulia Urrorhmah, S.Ars.

Prof. Ir. Evawani Ellisa, M.Eng., Ph.D. menjelaskan, setelah memahami situasi kota Las Vegas melalui kajian data-data sekunder, rancangan difokuskan pada pemanfaatan terowongan. Desain Living in Tunnel tidak hanya bertujuan mengatasai krisis hunian bagi tunawisma di Las Vegas, tetapi juga dapat menjawab isu sosial melalui ide hunian di terowongan.

“Tinggal di terowongan merupakan bagian dari insting warga untuk bertahan hidup dan berpotensi untuk menjadi salah satu solusi mengatasi persoalan ketiadaan lahan dengan harga terjangkau,” kata Evawani.

Lebih jauh Evawani menjelaskan, terowongan di Las Vegas dibangun sebagai antisipasi apabila terjadi banjir. Kenyataannya, banjir tidak pernah melanda kota ini sehingga menjadikan terowongan sebagai ruang yang tidak termanfaatkan. Ruang-ruang kosong yang tersembunyi ini menjadi tempat tinggal bagi masyarakat yang tidak memiliki rumah.

Terowongan menjadi tempat berlindung bagi para tunawisma. Infrastruktur yang tidak termanfaatkan ini mereka jadikan sebagai ruang hidup, tempat untuk menetap dan bertahan hidup. Menjalani hidup di terowongan dijalani tanpa fasilitas yang memadai. Tak ada fasilitas air bersih, sarana sanitasi, dan penerangan.

“Terowongan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai struktur utama untuk hunian tunawisma. Hal yang perlu dilakukan hanya membangun unit-unit konstruksi di dalamnya sehingga bisa menjawab syarat utama sayembara ini, yaitu hunian terjangkau di Las Vegas,” jelas Evawani.

Bagikan artikel ini

Artikel lainnya