Prof. Dr. Ivandini Tribidasari Anggraningrum, M.Si Novel Membuatnya Jatuh Cinta pada Ilmu Kimia

Keahlian dan prestasinya di bidang sains dan teknologi telah diakui oleh masyarakat ilmiah. Namun siapa sangka kecintaannya pada kimia justru berawal dari novel.

28 September 2021 menjadi salah satu momen penting dalam hidup Prof. Dr. Ivandini Tribidasari Anggraningrum, M.Si. Pada hari tersebut, Guru Besar Bidang Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) dikukuhkan sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), sebuah lembaga nonstruktural bersifat mandiri yang didirikan untuk menghimpun ilmuwan terkemuka di Indonesia.

Keanggotaan AIPI yang merupakan pengakuan kehormatan tertinggi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia dikukuhkan melalui Kuliah Inagurasi Anggota AIPI. Dalam acara tersebut, perempuan yang akrab disapa Ivan ini memaparkan materi berjudul “Elektroda Intan Berkonduktivitas sebagai Material Unggul dalam Berbagai Sistem Elektrokimia”.

Dalam pemaparannya Ivan menjelaskan pemanfaatan intan telah memberikan hasil di antaranya sebagai detektor, sensor, dan biosensor untuk mendeteksi berbagai senyawa kimia dan biokimia yang berguna dalam pemantauan kesehatan dan pemantauan kualitas lingkungan hidup. Melalui penelitian ini diharapkan berpotensi meningkatkan kualitas kesehatan dan lingkungan hidup.

“Sebagai anggota AIPI tugas saya memberikan pendapat terkait pengembangan Ilmu Pengetahuan Dasar di Indonesia, baik dalam bentuk policy brief atau tulisan di koran maupun dalam bentuk buku dan publikasi ilmiah,” ujar perempuan kelahiran Jakarta, Januari 1970 ini.

 

Pesona Kimia yang Tak Memudar

Kiprah Ivan dalam bidang sains dan teknologi memang telah diakui oleh masyarakat ilmiah. Kendati demikian banyak yang tak mengira bahwa kecintaannya pada ilmu kimia berawal dari novel-novel abad pertengahan seperti Dr. Jekyll and Mr. Hyde dan dan Frankestein yang dibacanya sejak kecil. Novel tersebut mengisahkan bahwa ilmu kimia dapat mengubah sosok Dr. Jekyll yang tampan dan baik hati menjadi Mr. Hyde yang buruk rupa dan jahat.

“Meskipun di kemudian hari, saya sadar bahwa cerita-cerita tersebut berlebihan, tetapi tampaknya pesona ilmu kimia tidak memudar. Oleh karena itu saya memutuskan untuk mengambil jurusan kimia di perguruan tinggi,” ucap Ivan.

Kecintaannya terhadap kimia tak hanya mendorong Ivan mengambil strata satu di FMIPA UI. Setelah menamatkan studi program sarjananya, Ivan menempuh pendidikan magister di Departemen Kimia FMIPA UI pada 1993. Gelar Ph.D diraihnya dari University Tokyo, Japan, pada 2003 dengan disertasi berjudul Electrochemical Detection of Biochemical Compounds at Highly Boron-Doped Diamond Electrodes di bawah bimbingan Prof. Dr. Akira Fujishima.

Aktif mengajar beberapa mata kuliah kimia dan fisika seperti elektrokimia sejak 1997, ini mengaku awalnya ingin terjun sebagai profesional di industri Tanah Air. Dorongan menjadi pengajar sebetulnya harapan orangtuanya yang menginginkan Ivan menjadi guru atau dosen. Menurut ibunya, profesi guru atau dosen merupakan profesi yang bersih dan mulia. Selain itu, menjadi dosen memberi keleluasaan mengatur waktu ketika sudah berumah tangga dan bisa mengajarkan hal-hal baik pada keluarga.

“Dulu ingin bekerja di industri, tetapi setelah lulus S2 rasanya mengerjakan penelitian dan menuliskan hasil penelitian menjadi pekerjaan yang menantang dan menarik. Akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan S3 dan menjadi dosen sekaligus peneliti,” terang perempuan yang gemar membaca dan travelling ini.

 

Terpilih sebagai World’s Top 2 Percent Scientists 2022

Fokus utama penelitannya pada bidang elektrokimia dan elektroda boron doped diamond (BDD) untuk aplikasi sensor dan biosensor telah meraih sejumlah penghargaan, salah satunya dari Habibie Award Periode XXI Bidang Ilmu Dasar pada 2019. Selain aktif mengajar, perempuan yang aktif sebagai Ketua Editor Jurnal Ilmiah Makara Journal of Science ini juga terpilih sebagai World’s Top 2% Scientists 2022.

Menurut Ivan, terpilih sebagai peneliti paling berpengaruh di dunia yang dipublikasikan oleh Stanford University dan Elsevier BV, perusahaan penerbitan akademik asal Belanda yang berfokus pada konten ilmiah, teknik, dan kesehatan ini tidak membuatnya jumawa. Ia mengakui publikasi ilmiah pada tahun tersebut cukup banyak serta banyak orang menjadikannya referensi (sitasi) sehingga ia terjaring dalam daftar World’s Top 2 Percent Scientists 2022.

“Saya rasa tidak perlu dibesar-besarkan. Kalau dihitung dari 200 ribu peneliti di seluruh dunia, angka dua persen itu artinya sekitar 4.000-an peneliti. Angka tersebut cukup banyak sehingga tidak perlu dipandang istimewa,” terang Ivan.

Lebih jauh Ivan berpesan, yang terpenting ialah menjalankan tugas sebaik-baiknya. Ia juga mengajak seluruh generasi muda agar mengisi waktu luang dengan kegiatan bermanfaat. Menurutnya, semakin bertambah usia, semakin banyak tugas dan kewajiban sehingga terkadang tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang diinginkan.

Bagikan artikel ini

Artikel lainnya