Prof. Dr. Muhammad Suryanegara, S.T., M.Sc., IPU
Rangkaian Penelitian yang dilakukannya mengantarkannya meraih predikat Top 2 persen Scientist Worldwide tahun 2023 dan 2024, serta Dosen Berprestasi Universitas Indonesia 2023.
Seperti anak sekolah pada umumnya, di masa kecilnya, Prof. Dr. Muhammad Suryanegara, S.T., M.Sc., IPU tak memiliki cita-cita yang pasti. Cita-citanya kerap berubah dari satu hal ke hal lainnya, seiring waktu. Namun, satu hal yang tidak berubah, ia begitu menyukai ilmu fisika. Menurutnya, hukum alam yang dijelaskan oleh fisika sangat menarik dan membuatnya ingin mendalami bidang tersebut. Ia pun kemudian menemukan ketertarikan pada teknologi telekomunikasi yang bekerja berdasarkan hukum fisika, mengubah suara menjadi aliran listrik
“Saya pikir, menjadi ahli telepon sepertinya menyenangkan. Selain itu, teknologi komputer juga tengah berkembang. Rasanya menarik juga menjadi software engineer. Di sisi lain, saya juga hobi teater dan berkeinginan kuliah di Institut Kesenian Jakarta Jurusan Penyutradaraan,” kenang Surya saat menjelang lulus SMA di tahun 1999.
Di tengah kebimbangan menentukan masa depan, tiba sebuah surat dari Universitas Indonesia (UI) yang menawarkan program Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB). Surat ini menjadi jalan terang bagi Surya. Ia kemudian memantapkan langkahnya menempuh pendidikan Teknik Elektro di UI. Bagi Surya, jurusan Teknik Elektro merupakan jurusan yang paling dekat dengan cita-citanya menjadi ahli di bidang telekomunikasi.
Meraih gelar sarjana pada 2003, kesempatan mengimplementasikan ilmu yang diraihnya di bangku kuliah dengan bekerja di sebuah perusahaan memang terbuka lebar. Namun, keinginannya tersebut tak sejalan dengan keinginan ayahnya. Ayahnya tidak mendorongnya lekas bekerja sebab menurutnya Surya belum menuntaskan pendidikannya.
“Bapak mengatakan, sekolahmu belum tuntas. Tuntas itu kalau kamu sudah selesai S3. Ini yang menjadi motivasi saya mencari beasiswa S2. Namun pada waktu itu beasiswa tidak semudah sekarang. Saat itu masih sangat terbatas,”ujar Surya.
Entah beruntung atau bukan, saat hendak mengurus berkas-berkas skripsi, ia melihat pengumuman beasiswa yang ditempel di mading fakultas. Tanpa pikir panjang, Surya kemudian mendaftar program beasiswa tersebut. Setelah melewati rangkaian proses seleksi, ia berhasil meraih Shell Scholarship dan melanjutkan pendidikan magister di University College London. Beberapa tahun berselang, ia juga berhasil meraih gelar Doctor of Engineering dari Tokyo Institute of Technology (2011).
Menjadi Dosen Ternyata Menyenangkan
Selepas menamatkan pendidikan magister, ia mengunjungi para gurunya di Departemen Teknik Elektro UI. Niat awalnya bersilaturahmi, ia justru diminta untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan di hadapan pada mahasiswa. Momen ini membuat para dosen senior menilainya sangat sesuai menjadi dosen. Surya dianggap memiliki antusias dalam mengajar dan semangat berbagi pengetahuan kepada orang lain.
Tawaran mengajar di UI pun datang. Sebelum memutuskan menerima tawaran tersebut, dari sebuah warung telepon (wartel), ia menghubungi ayahnya yang berada di Palembang untuk meminta pendapat. “Alhamdulillah, memang pekerjaan itu yang Bapak inginkan. Gaji dosen memang kecil, tapi jangan pikirkan uang. Kerja saja yang benar, maka rezeki dari Allah pasti akan datang dengan sendirinya,” ucap Surya menuturkan perkataan ayahnya kepadanya.
Berbekal restu ayahnya, ia mengabdikan diri menjadi pengajar di Fakultas Teknik UI. Pada Maret 2023 lalu, Surya dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu ICT (Telecommunications) Engineering Management FT UI.
Selain mengajar, ia juga mengampu tanggung jawab sebagai Direktur Continuing Education Program–Center for Computing and Information Technology (CEP CCIT FT UI). Di lembaga pendidikan non-gelar di bawah naungan FT UI ini, ia bertanggung jawab mempersiapkan individu memiliki keterampilan di bidang informasi teknologi dan multimedia kreatif yang dibutuhkan oleh dunia industri dan usaha.
Selain aktif mengajar dan memimpin CEP CCIT FT UI, pria yang mengagumi karya-karya Buya Hamka dan Imam Ghazali, ini juga menjalin kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kerja sama ini umumnya terkait penyusunan kebijakan dan rekomendasi mengenai regulasi ICT nasional dan Internasional.
Penelitian tentu tak bisa dipisahkan dari keseharian Surya. Rangkaian penelitian yang dilakukannya bersama para mahasiswa selama ini telah mengantarkannya meraih predikat Top 2 persen Scientist Worldwide tahun 2023 dan 2024 yang dipublikasikan oleh Stanford University dan Elsevier BV. Menurut Surya, Top 2 persen Scientist ini bukan berarti telah menghasilkan publikasi yang sangat banyak, tetapi rangkaian penelitian yang dilakukannya dinilai memiliki dampak signifikan yang salah satunya ditandai dengan banyaknya sitasi dari para peneliti lain di dunia.
“Penelitian saya tidak terlalu kompleks, tidak terlalu rumit, tetapi mungkin bagi orang lain ini dibutuhkan. Jadi, saya ingin menegaskan bahwa ketika kita melakukan apa pun, intinya dapat berdampak bagi orang lain. Dapat menjadi manfaat orang lain,” ucap Surya.