Fasilkom UI melakukan penyaringan ketat terhadap kegiatan MBKM yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa. Tujuannya agar MBKM selaras dengan capaian pembelajaran lulusan program studi di fakultas.
Mempersiapkan generasi muda Indonesia menjadi pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian sekaligus memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Dalam praktiknya perguruan tinggi perlu beradaptasi agar program MBKM ini selaras dengan capaian pembelajaran yang diharapkan pada lulusan, seperti yang dilakukan oleh Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI).
Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan Fasilkom UI Ari Saptawijaya, S.Kom., M.Sc., Ph.D., mengatakan kebijakan MBKM yang diluncurkan oleh Kemenbudristek RI pada 2020, bertepatan dengan siklus empat tahunan Fasilkom UI untuk merevisi kurikulum yang ada sehingga sesuai dengan perkembangan ilmu komputer dan mengantisipasi perkembangan di masa mendatang. Fasilkom UI kemudian menyusun dan mengatur kembali kurikulum yang ada sehingga dapat memfasilitasi kegiatan MBKM dengan baik.
“Di dalam kurikulum tersebut mahasiswa menempuh mata kuliah wajib pada semester satu hingga semester lima. Kegiatan MKBM dapat dilakukan selama dua semester, yakni pada semester enam dan semester tujuh. Sementara semester delapan diperuntukkan untuk tugas akhir,” ujar Ari.
Program MBKM yang memungkinkan mahasiswa mengikuti berbagai kegiatan hingga setara dengan 20 Satuan Kredit Semester (SKS) ini difasilitasi oleh Fasilkom UI melalui proses penyaringan yang ketat. Menurut Ari, Fasilkom UI betul-betul memfilter agar kegiatan MBKM selaras dengan capaian pembelajaran lulusan program studi (Prodi) yang ada di fakultas. Kendati program MKBM merupakan kegiatan merdeka belajar bagi mahasiswa, hanya topik atau bidang yang sesuai dengan pemenuhan capaian pembelajaran lulusan Prodi yang diizinkan oleh Fasilkom UI.
Oleh karena itu, kata Ari, tim dosen pembimbing MBKM bertugas meminta mahasiswa untuk menyampaikan kerangka acuan kegiatan MBKM sehingga bisa dilihat apakah kegiatan tersebut relevan dengan bidang keilmuan yang dipelajari mahasiswa. Selain diperuntukkan untuk mengasah keterampilan mahasiswa sehingga menjadi sumber daya manusia yang siap kerja, tidak menutup kemungkinan kegiatan MBKM ini dapat diselaraskan dengan tugas akhir mahasiswa.
“Tapi kami perlu berhati-hati karena tidak semua kegiatan MBKM relevan untuk dikembangkan sebagai tugas akhir. Kami memerhatikan apakah kegiatan MBKM, khususnya magang dan studi independen, memiliki capaian pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai tugas akhir mahasiswa. Namun, ini merupakan salah satu bentuk dan cara kami mengakomodasi kegiatan MBKM selama ini,” ujar Ari.
Ari menambahkan, saat program MBKM diluncurkan dan portal MBKM belum established seperti saat ini, untuk memfasilitasi perusahaan yang ingin menjalin kerja sama, Fasilkom UI merancang aplikasi Magang Kampus Merdeka. Melalui aplikasi ini perusahaan dapat memasukkan lowongan magang, apa saja kegiatan yang akan dilakukan, termasuk kerangka kerja yang sangat detail bagi peserta magang. Tim dosen kemudian melihat apakah lowongan yang ditawarkan oleh mitra tersebut setara dengan 20 SKS.
“Karena kami tidak ingin mahasiswa kami menjadi cheap labor. Kami tidak ingin program MBKM ini dimanfaatkan untuk memperkerjakan mahasiswa dengan memberikan tugas begitu banyak, bahkan tidak sesuai dengan bidang keilmuan yang dipelajari oleh mahasiswa, semata-mata hanya karena hanya akan mendapatkan kredit dari kegiatan magang pada perusahaan tersebut,” kata Ari.
Dari Magang, Penelitian, hingga Kewirausahaan
Lebih jauh Ari menjelaskan, program MBKM memiliki beragam bentuk. Di Fasilkom UI program MBKM yang paling banyak diikuti mahasiswa ialah program magang dan studi independen yang ditawarkan oleh institusi luar. Namun, terdapat beberapa program MBKM yang mengambil pilot project-nya di Fasilkom UI, salah satunya Garuda Academic of Excellence (Garuda ACE).
Program yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan bimbingan langsung dalam melakukan penelitian bersama profesor dan peneliti dari universitas-universitas terkemuka di Amerika Serikat ini diharapkan memudahkan mahasiswa dalam melanjutkan studi ke program doktoral di universitas terkemuka di Amerika Serikat. Mahasiswa yang mengikuti program Garuda ACE, dengan pengalaman dan rekomendasi dari professor pembimbing mereka tersebut, akan lebih berpotensi untuk mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) untuk program doktoral.
“Program ini sangat selektif dan tidak dibuka secara umum di portal Kampus Merdeka. Garuda ACE merupakan kerja sama yang dilakukan secara khusus dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia, salah satunya UI melalui Fasilkom UI,” kata Ari.
Program khusus yang juga dilaksanakan oleh Fasilkom UI ialah program pertukaran pelajar. Universitas Gadjah Mada (UGM) mengirimkan sejumlah mahasiswa Program Studi Ilmu Komputer untuk menimba ilmu di Fasilkom UI. Selain itu mahasiswa juga diperkenankan untuk mengikuti Massive Open Online Courses (MOOC) yang diinisiasi oleh UI. Terdapat 16 mata kuliah yang dipersiapkan oleh Fasilkom UI dan dapat diikuti oleh mahasiswa dari luar Fasilkom UI.
Fleksibilitas Fasilkom UI dalam memfasilitasi kegiatan MBKM juga meliputi ranah kewirausahaan. Terdapat beberapa mahasiswa yang telah memiliki perusahaan rintisan serta mentor dari kalangan industri mengajukan kegiatan MKBM dalam bentuk pengembangan usaha rintisan. Tim dosen yang mengampu mata kuliah technopreneurship kemudian mengevaluasi dan menentukan jumlah SKS yang akan diperoleh mahasiswa yang tengah mengembangkan perusahaan rintisan mereka.
“Mereka mengajukan kepada kami. Kemudian setelah kami evaluasi ternyata kegiatan ini memang layak dan diakui. Persiapan, rencana pengembangan, dan business model-nya juga bagus, bahkan beberapa sudah ada yang didanai,” ujar Ari.
Feedback Positif dari Mitra Fasilkom UI
Untuk memastikan kegiatan MBKM yang ditempuh oleh mahasiswa sejalan dengan harapan fakultas dan mengetahui kualitas lulusan secara umum, Fasilkom UI setiap tahunnya menggelar employer session. Melalui kegiatan ini Fasilkom UI mendapat masukan terkait kompetensi lulusan dan peserta magang MBKM. Menurut Ari, para mitra merasa puas dengan hard skill yang dimiliki oleh mahasiswa UI.
Satu hal yang menjadi ciri khas Fasilkom UI ialah kurikulum yang menekankan pada pembentukan fondasi yang kuat bagi mahasiswa. Ilmu komputer memang berkembang pesat, tetapi dengan fondasi yang kuat baik mahasiswa maupun lulusan Fasilkom UI tidak kesulitan beradaptasi terhadap perkembangan tersebut. Namun, Ari mengakui, masalah umum yang dihadapi bidang keilmuan sains dan teknologi, termasuk di Fasilkom UI ialah soft skill.
“Tapi sering kali hal ini merupakan problem yang sifatnya spesifik pada individu, bukan problem secara general. Secara umum mitra kami puas dengan kinerja lulusan dan mahasiswa kami,” ujar Ari.
Dengan adanya program MBKM ini Ari berharap para mahasiswa dapat mengasah keterampilan teknis dan keterampilan nonteknis. Ketika magang di industri perbankan, misalnya, mahasiswa tidak hanya mengasah keterampilan teknis dengan mengembangkan sistem atau aplikasi, tetapi juga mengasah kemampuan nonteknis melalui diskusi. Dalam proses diskusi, para mahasiswa belajar mengasah kemampuan komunikasinya dalam menjelaskan hal-hal teknis sehingga mudah untuk dipahami oleh orang-orang dari berbagai latar pendidikan, di luar bidang ilmu komputer.
Ari mengimbau kepada mahasiswa Fasilkom UI agar menjadikan kegiatan MBKM ini tidak sekadar digunakan untuk mendapatkan kredit SKS semata, melainkan kesempatan untuk meningkatkan kompetensi. MBKM bukanlah kesempatan untuk memperoleh kredit SKS secara mudah, tetapi meraih manfaat sebesar-besarnya untuk mengembangkan diri. Oleh karena itu ia berharap agar mahasiswa menentukan topik atau bidang kegiatan MBKM yang betul-betul dapat mengasah kompetensi untuk masa depan yang lebih baik.