Mengapa Orang Indonesia Kekurangan Vitamin D Meski Sinar Matahari Berlimpah?

Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan penyakit rakitis pada anak-anak. Pada orang dewasa, kekurangan vitamin D dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh (osteoporosis).

Sinar matahari memiliki beragam manfaat, salah satunya membantu tubuh memproduksi vitamin D secara alami. Tubuh memproduksi vitamin D dengan cara mengubah kolesterol dalam sel-sel kulit saat terkena sinar matahari langsung. Kendati berada di iklim tropis dan memiliki sinar matahari yang berlimpah sepanjang tahun, nyatanya sebagian besar masyarakat Indonesia mengalami defisiensi vitamin D. 

Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof. Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D., mengatakan, vitamin D berfungsi untuk meningkatkan absorpsi atau penyerapan kalsium, magnesium, dan fosfat dalam tubuh. Zat-zat ini berguna untuk pembentukan tulang. Kepadatan dan perkembangan tulang ditentukan oleh zat-zat ini. 

“Pada anak-anak, kekurangan vitamin D yang parah dapat menyebabkan malformasi tulang yang biasa disebut ricket atau penyakit rakitis. Sementara pada orang dewasa akan menyebabkan tulangnya menjadi rapuh atau dikenal dengan osteoporosis,” ucap Ahmad. 

Terkait berlimpahnya sinar matahari dan defisiensi vitamin D yang terjadi di Tanah Air, Ahmad menjelaskan bahwa kekurangan vitamin D salah satunya disebabkan faktor genetik. Seseorang yang memiliki kadar melanin yang tinggi, yakni kulit cenderung gelap, penyerapan dan sintesis vitamin D melalui sinar matahari memang lebih sedikit dibandingkan dengan seseorang yang berkulit terang. 

“Jadi, faktor genetik sebetulnya aspek ras. Asia Selatan dan Afrika, termasuk sebagian masyarakat Indonesia memiliki kulit cenderung gelap sehingga penyerapan dan sintesis vitamin D dari sinar matahari tidak sebaik pada orang berkulit putih atau kaukasia,” ucap Ahmad. 

Meskipun sinar matahari berlimpah, lanjut Ahmad, jika tidak terpapar langsung, maka proses sintesis vitamin D dalam tubuh tidak terjadi. Untuk mendapatkan vitamin D yang cukup, 40 persen bagian tubuh harus terpapar langsung sinar matahari setidaknya 20 menit. Namun ia mengingatkan, sunbathing sebaiknya tidak dilakukan berlebihan dan pada waktu puncak atau saat sinar ultravioletnya tinggi. 

Penuhi Vitamin D dengan Konsumsi Makanan Bergizi 

Ahmad menambahkan, defisiensi juga disebabkan rendahnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin D. Banyak studi menunjukkan bahwa konsumsi vitamin D pada populasi masyarakat hanya 50 persen dari kebutuhan. Artinya, pemenuhan vitamin D dari konsumsi makanan juga masih sangat rendah. 

Oleh karena itu, selain melakukan aktivitas di luar ruang untuk memperoleh paparan sinar matahari langsung, Ahmad menyarankan masyarakat agar mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan vitamin D yang tinggi seperti ikan laut dalam, oily fish atau deep sea fish

“KIta juga bisa memakan tulangnya. Seperti pepes, itu kan tulangnya lunak dan bisa dimakan. Sumber vitamin D itu berasal dari tulang. Daging merah dan susu yang sudah difortifikasi juga baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin D,” ujar Ahmad. 

Pria yang juga mengampu tanggung jawab sebagai Direktur Pengembangan Karir & Hubungan Alumni (DPKHA UI) berharap, untuk mengatasi defisiensi vitamin D yang terjadi di Indonesia, seluruh pihak harus bekerja sama untuk meningkatkan literasi gizi masyarakat. Selain itu, penting untuk meningkatkan akses gizi bagi masyarakat sehingga makanan yang tersedia merupakan makanan yang bergizi. 

Bagikan artikel ini

Artikel lainnya