MBKM diharapkan dapat mendukung capaian lulusan fakultas dan mendukung mahasiswa menguasai lima pilar keilmuan FIA UI, yakni kebijakan, governansi atau tata kelola, inovasi, institusi, dan budaya.
Sebagai insan yang merdeka mahasiswa memiliki kesadaran dan kemandirian untuk mengembangkan potensinya dalam menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, maupun profesional melalui pendidikan di kampus. Di masa yang sangat dinamis ini, kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi memang tidak bisa hanya berfokus pada keunggulan akademik. Perguruan tinggi perlu melakukan transformasi pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi mahasiswa sehingga melahirkan generasi yang tanggap dan siap menghadapi segala tantangan zaman.
Guna mempersiapkan mahasiswa menjadi sumber daya manusia yang tangguh, bertalenta unggul, dan siap menghadapi tantangan di masa depan, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia meluncurkan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) pada 2020.
Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia Dr. Fibria Indriati Dwi Liestiawati, S.Sos., M.Si, mengatakan, bagi mahasiswa angkatan 2020 ke bawah, kurikulum di FIA UI memang tak didesain untuk MBKM. Agar program yang dirancang oleh pemerintah ini dapat berjalan dengan baik sekaligus sebagai upaya memfasilitasi mahasiswa yang ingin mengikuti MBKM, FIA UI menerapkan sejumlah strategi.
Pada tahap awal implementasi MBKM, dari delapan Bentuk Kegiatan Pembelajaran (BKP) MBKM yang disusun pemerintah, FIA UI berfokus pada pertukaran pelajar dan studi independen. Pertukaran pelajar dilaksanakan di beberapa universitas di Tanah Air yang telah menjalin kerja sama dan memiliki program studi yang sama dengan UI, seperti Universitas Gadjah Mada dan Universitas Brawijaya. Program pertukaran pelajar ini memungkinkan mahasiswa FIA UI mengikuti perkuliahan di UGM atau sebaliknya.
“Karena saat itu masih pandemi Covid-19, beragam program seperti magang dan proyek kemanusiaan belum bisa dilakukan. Untuk program studi independen yang dilakukan secara daring, kami tawarkan para mahasiswa untuk mengikuti Coursera UI,” ucap Indri.
Perempuan yang meraih gelar Doktor Sains Manajemen dari Institut Teknologi Bandung ini mengakui, pada masa awal mengimplementasikan MBKM ini banyak sekali trial and error. Namun, komitmen dari manajemen fakultas untuk terus melakukan continuous improvement berhasil membuat program ini dapat tertata dengan lebih baik. Salah satu langkah penting yang dilakukan ialah mengubah kurikulum yang ada dengan kurikulum baru pada 2020.
Di dalam kurikulum baru ini, fakultas memadatkan atau memajukan mata kuliah wajib yang sebelumnya diperuntukkan bagi para mahasiswa semester enam atau tujuh, kemudian diberikan pada semester tiga atau empat. Dengan begitu, mahasiswa yang ingin mengikuti kegiatan MBKM telah memenuhi minimal 70 persen mata kuliah wajib di FIA UI.
Namun, memajukan mata kuliah wajib bukan tanpa tantangan. Dengan memadatkan mata kuliah wajib, para dosen khawatir capaian lulusan yang diharapkan fakultas tidak dapat tercapai. Guna mencari solusi masalah ini, ketiga program studi di FIA UI melakukan evaluasi tengah semester. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi mahasiswa. Hasilnya, diketahui bahwa mahasiswa khawatir belum memiliki basic keilmuwan yang kuat.
“Kami kemudian menerapkan strategi flipped class. Jadi, sebelum mengikuti perkuliahan di dalam kelas, mahasiswa diminta mengakses materi di E-learning Management Systems atau dosen memberikan materi terlebih dahulu baru kemudian melakukan proses pembelajaran dan diskusi di dalam kelas,” ujar Indri.
Duta Universitas Indonesia
Program MBKM yang memungkinkan mahasiswa melakukan kegiatan hingga setara dengan 20 Satuan Kredit Semester, lanjut Indri, menjadi cerminan kualitas mahasiswa UI di mata industri dan masyarakat. Oleh karena itu, fakultas terus mendorong agar para mahasiswanya yang menjalankan kegiatan MBKM harus menerapkan KITAFIA, yakni Komitmen, Integritas, Transformatif, dan Amanah.
Menurut Indri, ketika mahasiswa melaksanakan MBKM, secara otomatis mereka menjadi duta FIA UI. Perilaku mahasiswa di mata industri dan masyarakat tidak lagi dipandang sebagai perilaku individu, tetapi mewakili kelembagaan. Dalam praktik magang misalnya, values komitmen harus dilaksanakan oleh mahasiswa dengan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan di tempat mereka bekerja. Mereka juga dituntut untuk memiliki integritas dalam menjalankan pekerjaan tersebut.
Mahasiswa FIA UI terus didorong menjadi insan yang transformatif. Jangan sampai selama empat hingga enam bulan melaksanakan kegiatan magang hanya bertugas memfoto kopi saja. Sebisa mungkin mahasiswa harus bisa memberikan masukan, gagasan, dan melakukan inovasi di mana mereka berada. Sementara amanah artinya mahasiswa dapat menyelesaikan semua tugas yang diberikan dengan baik.
“Kami selalu memastikan kepada mitra apakah ada pekerjaan atau tugas yang belum diselesaikan oleh mahasiswa kami. Jika belum diselesaikan, maka harus diselesaikan terlebih dahulu. Transfer kredit bisa dilakukan setelah mahasiswa menyelesaikan tanggung jawabnya,” ucap Indri.
Untuk memastikan capaian yang diharapkan mitra selaras dengan capaian fakultas dan universitas, FIA UI melakukan konsolidasi dengan para mitra. Konsolidasi dilakukan dengan mengundang satu per satu mitra sebelum proses kegiatan MBKM dilakukan, pada saat proses kegiatan berlangsung, dan akhir kegiatan magang sebagai proses evaluasi pengujian magang.
“Sejauh ini kami selalu mendapat apresiasi positif dari para mitra kami. Seluruh mitra kami mengatakan mahasiswa FIA UI sangat baik dalam menyelesaikan tugas dan memiliki inisiatif yang tinggi,” ujar Indri.
Tercapainya 5 Pilar Keilmuan FIA UI
Lebih jauh Indri mengatakan, program MBKM ini diharapkan dapat mendukung capaian pembelajaran maupun capaian lulusan FIA UI. Mahasiswa FIA UI diharapkan dapat mengusai lima pilar keilmuan FIA UI, yakni kebijakan, governansi atau tata kelola, inovasi, institusi, dan budaya. Ia juga berharap melalui program ini, lulusan FIA UI dapat meningkatkan soft skill-nya.
Di dalam dunia kerja saat ini, kemampuan seseorang tidak hanya dinilai dari keterampilan teknisnya (hard skill) saja, tetapi juga keterampilan nonteknis. FIA UI ingin memastikan para lulusannya memiliki soft skill yang dibutuhkan oleh industri. Dengan memiliki keterampilan nonteknis seperti manajerial, analytical thinking dan critical thinking yang baik, Industri akan melihat bahwa lulusan FIA UI merupakan paket lengkap. Dengan begitu lulusan FIA UI bisa cepat terserap oleh industri.
Melalui program MBKM ini pula diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tujuan yang hendak dicapai di masa depan. Berdasarkan evaluasi kurikulum yang dilakukan FIA UI, banyak mahasiswa yang belum mengetahui karier atau profesi yang ingin ditekuni selepas lulus perguruan tinggi. Setelah mengikuti MBKM ini, mahasiswa diharapkan mengetahui dengan jelas profesi yang hendak dijalani di masa depan.
Kendati demikian, Indri mengingatkan kepada para mahasiswa untuk tidak menjadikan kegiatan MBKM sebagai alasan untuk menjauhkan diri dari universitas. Tak sedikit mahasiswa yang beranggapan bahwa MBKM adalah segala-galanya sehingga menjauhkan diri dari kampus. Seolah-olah mereka telah lepas dan tidak lagi menjadi bagian dari universitas.
“Sebaiknya mahasiswa melihat bahwa program ini merupakan satu bagian dari proses pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman di luar ruang kuliah dan meningkatkan kompetensi mereka.”