Marketplace Peer to Peer Education

Program startup ini membantu siswa SMP mempersiapkan diri masuk SMA unggulan.  Hadirkan sistem yang nyaman bagi pelajar baik secara akademis maupun psikologis.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang terpenting bukan hanya pelajar memahami apa yang disampaikan, tetapi juga dimengerti oleh pengajarnya. Perasaan dipahami ini akan menciptakan rasa nyaman bagi siswa, baik dalam akademis maupun piskologis, demikian yang dipercaya oleh Founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Taman School Mochammad Risky Altaresh, perusahaan rintisan peer to peer education (pendidikan teman sebaya).

Kisah pendirian Taman School dapat ditarik jauh hingga ke masa ketika Altaresh masih berseragam putih abu-abu. Ketika masih berstatus sebagai pelajar Sekolah Menengah Atas, ia merasa banyak orang di sekelilingnya yang kurang beruntung sehingga tidak dapat memperoleh pendidikan yang berkualitas. Bersama sejumlah temannya, ia kemudian membuka bimbingan belajar bagi anak-anak tingkat SD dan SMP secara gratis.

Keinginan Altaresh untuk memperluas program bimbel agar dapat diakses lebih banyak orang semakin menguat ketika dirinya menempuh pendidikan program studi fisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA). Ketertarikannya pada start up membuat impiannya selangkah lebih cepat untuk diwujudkan. Bersama tim yang dibangunnya, Altaresh memenangi sejumlah perlombaan di bidang start up. Hadiah dari perlombaan inilah yang menjadi modal untuk pengembangan Taman School.

Didirikan pada 2019, berbagai produk mulai dikembangkan oleh edupreneurship ini, salah satunya Young Eagle Class (YEC), program belajar online untuk tingkat SMP. Program belajar ini dirancang untuk membantu siswa SMP mempersiapkan diri memasuki Sekolah Menengah Atas Negeri Unggulan Mohammad Husni Thamrin (SMANU MH). Tenaga Pengajar program YEC ini berasal dari alumni SMA tersebut.

Selain membantu para siswa belajar, program Taman School memang didesain untuk membantu siswa dan mahasiswa merancang bimbingan belajar yang akan diajarkan kepada siswa maupun mahasiswa lain. Startup  binaan Direktorat Inovasi dan Science Techno Park Universitas Indonesia ini memiliki misi menghadirkan sistem yang nyaman bagi pelajar baik secara akademis maupun psikologis.

“Taman School bukanlah perusahaan bimbingan belajar. Kami membuat marketplace bagi mahasiswa, siswa, atau guru yang berprofesi sebagai tutor dan mengajar dari rumah dapat membentuk ekosistem yang adil, demokratis, dan terdesetralisasi sehingga bimbel mereka bisa berkembang,” jelas Altaresh.

 

Siap Menyasar Area Industri dan Perkantoran

Proses bisnis yang dirancang guna mendukung para tutor ini merupakan salah satu dari tiga ekosistem yang tengah ditumbuhkan di Taman School. Ekosistem pertama ialah Peer Tutors, program bimbel dengan tenaga pengajar usia sebaya yang berasal dari kalangan siswa maupun mahasiswa dari institusi unggulan. Ekosistem kedua ialah penerapan Talamus (learning management system berbasis notion) untuk mempermudah para pengajar dalam proses belajar-mengajar.

Ekosistem ketiga ialah marketplace. Program bimbel berbayar dengan pembiyaan inklusif (patungan dan bayar seikhlasnya). Skema patungan diterapkan pada program bimbel pada kelas kecil. Sementara skema bayar seikhlasnya diterapkan pada kelas besar. Semakin banyak anggota belajar, maka semakin murah biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta, dan semakin besar bayaran yang diperoleh oleh tutor.

Altaresh menambahkan, saat ini Taman School masih berfokus pada bidang akademis. Ke depannya, perusahaan rintisan ini akan dikembangkan ke area industri dan perkantoran sehingga para karyawan di dalam sebuah perusahaan dapat membuat kelas atau pelatihan yang dapat disesuaikan dengan kompetensi dan pengalaman masing-masing.

Bagikan artikel ini

Artikel lainnya