Konsep global engagement ini menjadi salah satu upaya untuk mengejar penguasaan teknologi dan merasakan first-hand experience langsung dari para ahlinya.
Mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai langkah persiapan karier menjadi salah satu tujuan dari program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang digulirkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Salah satu program untuk mendukung tercapainya tujuan MBKM ialah dengan memberikan beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Melalui beasiswa ini para mahasiswa dapat merasakan atmosfir pembelajaran di berbagai kampus ternama di luar negeri.
Universitas Indonesia (UI) kembali menjadi perguruan tinggi yang berhasil menempatkan para mahasiswanya sebagai peserta terbanyak IISMA. Pada tahun ini, sebanyak 295 mahasiswa yang terdiri dari 253 mahasiswa sarjana dan 42 mahasiswa vokasi akan mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi yang masuk jajaran Top 100–300 QS World University Ranking di Amerika Serikat, Italia, Korea Selatan, Singapura dan Australia.
IISMA selain memberi kesempatan mahasiswa mempelajari metode pembelajaran dan meningkatkan kompetensi, beasiswa ini juga semakin mendekatkan UI dengan berbagai perguruan tinggi terbaik di luar negeri, sejalan dengan komitmen universitas untuk mewujudkan global engagement. Direktur Riset dan Pengembangan Universitas Indonesia (DRP UI) Munawar Khalil, S.Si, M.Eng.Sc, Ph.D mengatakan, beberapa tahun terakhir ini global engagement menjadi isu bersama seluruh perguruan tinggi di Tanah Air.
Menurutnya, untuk mencapai solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi dunia diperlukan pendekatan dari berbagai multidisiplin ilmu. Dari perspektif riset dan inovasi, untuk mencari solusi dari problematika yang dihadapi langkah yang paling tepat dilakukan dengan cara kolaborasi, bekerja sama antarinstitusi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Menjalin kerja sama dengan universitas di luar negeri dengan beragam lintas disiplin ilmu membuat pendekatan penelitian menjadi lebih komprehensif. Kerja sama ini juga meningkatkan exposure perguruan tinggi terhadap perkembangan teknologi dan penelitian-penelitian baru. Seperti diketahui bahwa penguasaan teknologi untuk riset dan inovasi di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, bahkan negara-negara di Asia seperti Jepang dan Korea Selatan lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
Penguasaan terhadap teknologi ini memungkinkan terjadinya transfer knowledge yang ditularkan kepada generasi-generasi muda di dalam kelas. Menurut Khalil, konsep global engagement ini menjadi salah satu upaya untuk mengejar penguasaan teknologi dan merasakan first-hand experience langsung dari para ahlinya. Oleh karena itu, beragam program digulirkan untuk memberangkatkan mahasiswa selama satu hingga dua sementer untuk belajar di universitas terkemuka di dunia sehingga bisa belajar langsung dari para pakar yang ada di universitas tersebut. Pengalaman ini tentunya akan meningkatkan kapasitas mahasiswa.
“Semua itu dapat terjadi karena tidak ada lagi batasan geografis baik dalam hal akademik dan riset. Keterbukaan informasi mengaburkan batas-batas negara sehingga proses pembelajaran dan proses riset dengan pendekatan kolaboratif dapat diwujudkan,” jelas Khalil.
Iktikad Menjalin Kolaborasi
Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia menambahkan, sejalan dengan Rencana Strategis UI untuk mencapai peringkat lima besar di Asia Tenggara (ASEAN), penting bagi universitas untuk terus mengembangkan diri. Seperti diketahui, terdapat beberapa justifikasi untuk menilai apakah sebuah universitas layak menempati peringkat teratas seperti seberapa banyak jumlah international student dan publikasi yang dihasilkan.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh UI menyebutkan bahwa publikasi yang dihasilkan secara kolaborasi dengan mitra internasional cenderung memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah sitasi dari publikasi tersebut. Penilaian dalam peringkatan perguruan tinggi bukan lagi sebatas pada seberapa banyak publikasi yang dihasilkan, melainkan berapa banyak sitasi dari publikasi tersebut. Salah satu cara meningkatkan kualitas penelitian dan sitasi publikasi ditempuh dengan kolaborasi dengan mitra internasional.
“Sejak 2021, kami mewajibkan peneliti yang mendapat hibah penelitian untuk bekerja sama dengan mitra luar negeri. Sejak 2022, kami mendorong agar peneliti berkolaborasi dengan perguruan tinggi di bawah 100 QS World University Ranking,” terang Khalil.
Kolaborasi dengan universitas luar negeri tentu tak sebatas joint research saja, UI memiliki sejumlah skema kolaborasi seperti pertukaran mahasiswa, hingga double degree program. Lazimnya kolaborasi ini dilakukan dengan visitasi. Sejumlah program pertukaran pelajar menjadi salah satu program yang telah lama ditempuh oleh UI dengan beragam kampus ternama di dunia. Guna mendukung misi dari Kemenbudristek untuk meningkatkan international student, UI memiliki sejumlah beasiswa seperti UI GREAT (UI Degree Scholarship for International Student) dan UI SHINE (UI Scholarship for International Student Exchange).
Program kolaborasi juga bertujuan mewujudkan UI sebagai entrepreneur university. Universitas yang menduduki peringkat 100 dunia dikenal matang dalam hilirisasi teknologi. Inovasi yang dikembangkan kemudian mampu dikomersialkan sehingga menjadi income generation baik bagi penelitinya maupun universitasnya. Melalui kolaborasi ini diharapkan dapat mengakselarasi UI mewujudkan diri sebagai entrepreneur university.
Tak Henti Memperluas Jaringan Kemitraan
Guna merawat kerja sama yang telah terjalin sekaligus memperluas jaringan kolaborasi, Universitas Indonesia meluncurkan program strategis Duta Kolaborasi. Sebanyak 8 dosen muda dikirimkan untuk melakukan visitasi ke perguruan tinggi terkemuka di dunia. Selama satu hingga tiga bulan, para Duta Kolaborasi ini bertugas membangun network baik untuk diri, fakultas, dan Universitas Indonesia.
Selain program Duta Kolaborasi, UI terus membangun komunikasi intensif dengan mitra internasional. Salah satunya dengan mengirimkan delegasi atau menerima delegasi dari universitas baik yang telah dan akan menjalin kerja sama dengan UI. Kendati demikian Khalil menegaskan bahwa tawaran kerja sama tidak hanya datang dari inisiatif UI saja.
“Kolaborasi terjadi karena adanya mutual benefit. Artinya kolaborasi tidak hanya menguntungkan UI saja, tetapi juga mitra UI. Dalam hal riset, misalnya, banyak perguruan tinggi yang menawarkan kerja sama dengan UI karena meyakini bahwa sebagai perguruan tinggi, UI dapat memperkaya riset yang ingin mereka lakukan,” ujar Khalil.