Universitas Indonesia mengintegrasikan prinsip-prinsip SDGs dalam segala aspek kehidupan kampus. Tak hanya sarana dan prasarana, 17 poin SDGs tercermin dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan keberlanjutan lingkungan merupakan tujuan dari konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep ini hadir sebagai respons terhadap pertumbuhan ekonomi yang tidak berkelanjutan, mengabaikan aspek-aspek sosial, dan merusak lingkungan.
Sebagai panduan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merancang Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Berisikan 17 tujuan dengan 169 indikator capaian, SDGs diharapkan menjadi panduan bagi seluruh negara dalam upaya menghentikan kemiskinan, melindungi planet bumi, dan memastikan setiap orang hidup dengan aman dan layak pada 2030.
Komitmen untuk memberikan harapan bahwa dunia akan bertransformasi menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali, tentu tidak bisa dibebankan pada pihak tertentu saja. Tanggung jawab ini harus diemban oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk perguruan tinggi. Institusi pendidikan memiliki peran strategis dalam mengupayakan pencapaian SDGs melalui sumber daya manusia berkualitas yang mampu menghasilkan beragam inovasi, serta memiliki kesempatan untuk menerapkan ilmu dan hasil inovasinya baik di kampus maupun di masyarakat.
Pengintegrasian prinsip-prinsip SDGs dalam segala aspek kehidupan kampus telah lama dilakukan oleh Universitas Indonesia (UI). Di hari jadinya yang ke-74, UI dengan lantang menyatakan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan. Hal ini tercermin melalui tema yang diusung, yakni ”Sinambung Membangun Indonesia Lestari”. Tema ini merepresentasikan komitmen UI untuk mendukung Indonesia mencapai target dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada 2030.
Sekretaris Universitas Indonesia dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D. mengatakan, peran universitas tak hanya berfokus pada pendidikan saja, tetapi juga berkomitmen pada keberlangsungan bumi. Menjaga kelestarian bumi artinya mempertahankan kehidupan. Menjaga keberlangsungan lingkungan kampus yang lestari menjadi upaya perguruan tinggi dalam mendukung terwujudnya Indonesia lestari.
Komitmen mendukung keberlanjutan lingkungan dibuktikan dengan mengintegrasikan 17 poin SDGs dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat. Pada aspek pendidikan dan pengajaran, UI telah mengembangkan dan menawarkan mata kuliah yang mendidik mahasiswa mengenai pentingnya keberlanjutan. Identifikasi mengenai korelasi antara mata kuliah dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Akademik & Sumber Daya Pembelajaran UI.
Pada aspek penelitian dan pengembangan, Direktorat Riset dan Pengembangan UI mendorong riset dan inovasi sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Sementara pada aspek pengabdian masyarakat, Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI terus aktif berkolaborasi dengan pemerintah, komunitas, maupun sektor swasta untuk menerapkan berbagai solusi berkelanjutan yang dampaknya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Pola Pikir Konservasi Energi
Komitmen UI terhadap keberlanjutan lingkungan juga diimplementasikan dalam sarana dan prasarana di lingkungan universitas. Sejumlah inisiatif untuk mendukung kelestarian lingkungan telah dilakukan, seperti melakukan transisi energi dengan memanfaatkan energi bersih. UI telah memiliki sejumlah pembangkit listrik energi bersih, yakni wind turbine, Solar PV 101 kWp, dan Floating Solar Photovoltaic, pembangkit listrik tenaga surya terapung bifasial (dua sisi). PLTS yang terpasang di danau Mahoni ini terdiri dari 36 panel surya bifasial yang menghasilkan listrik 10-13 ribu watt peak.
Guru Besar bidang Ilmu Teknik Konservasi Energi Termal Fakultas Teknik UI Prof. Dr. Ir. Imansyah Ibnu Hakim, M.A., IPM mengatakan, kemampuan Indonesia dalam mengonversi energi, baik mendesain, membuat, atau bahkan membangun mesin pembangkit sudah tidak diragukan lagi. Hanya saja belum terlalu pintar untuk mengendalikannya. Pengendalian ini disebut dengan konservasi energi.
“Sejauh ini kita baru bisa membangkitkan, tetapi belum terlalu bisa untuk mengendalikannya sehingga environment mulai terganggu. Mulai muncul emisi/polusi udara, heat waste, temperatur air laut naik, bumi semakin panas, iklim berubah, dan sebagainya,” ucap Iman.
Iman menambahkan, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan salah satunya adalah pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup, menjamin keadilan, dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Indonesia lestari, penting bagi seluruh masyarakat untuk memiliki mindset of energy, yakni mengubah pola pikir dari konversi menuju konservasi energi.
Salah satu upaya UI dalam konservasi energi dilakukan dengan mengembangkan penelitian heat pipe (pipa kalor). Teknologi yang sudah ada cukup lama dan telah digunakan dalam berbagai aplikasi yang berhubungan dengan heat transfer ini banyak digunakan untuk mendinginkan game console, computer, dan laptop. Inovasi heat pipe yang dikembangkan Iman bersama para peneliti di FT UI ini berupaya menjawab dua poin SDGs, energi bersih dan terjangkau, serta penanganan perubahan iklim.
“Teknologi heat pipe tipe CL PHP (Close Loop Pulsating Heat Pipe) dan U-Shape Heat Pipe sudah terbukti mampu meningkatkan energy efficiency, menghemat energi, dan melakukan heat recovery. Pipa ajaib ini diharapkan dapat menjadi terobosan UI dalam mendukung pembangunan berkelanjutan,” ujar Iman.
Dorong Penguatan Ekonomi Biru di Indonesia
Wujud komitmen UI terhadap SDGs juga dilakukan melalui penelitian mengenai blue economy (ekonomi biru). Dosen sekaligus peneliti Program Pendidikan Vokasi UI Vindaniar Yuristamanda Putri, S.I.A., M.M mengatakan, ketika berbicara mengenai keberlanjutan, fokus penelitian lebih banyak mengarah pada ekonomi hijau, yakni konsep ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat sekaligus mengurangi risiko lingkungan. Sementara ekonomi biru belum banyak tersentuh.
“Ekonomi biru pada dasarnya berfokus pada empat hal, yaitu pengembangan energi terbarukan melalui pemanfaatan sumber daya laut, pengembangan infrastruktur hijau di kawasan pesisir, ekonomi sirkular, dan pengembangan pariwisata di kawasan pesisir,” ucap Vindaniar.
Vindaniar menambahkan, penelitiannya mengenai ekonomi biru dilaksanakan di wilayah pesisir Jawa Timur. Penelitian yang juga berfokus pada isu kesetaraan gender, yakni poin 5 SDGs, menunjukkan hasil bahwa peran perempuan sangat penting dalam peningkatan ekonomi keluarga di masyarakat pesisir. Penelitian ini juga membuktikan potensi kelautan di Indonesia sangat besar, tetapi tidak disertai dengan kesejahteraan para nelayan. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan kontribusi ekonomi biru terhadap pertumbuhan ekonomi ternyata tidak linear dengan peningkatan taraf ekonomi pelaku ekonomi biru.
Guna meningkatkan taraf hidup para pelaku ekonomi biru, UI melaksanakan kegiatan pengmas melalui pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan dilakukan melalui pelatihan pengolahan dan pemasaran ikan bandeng. Pendampingan ini dilaksanakan selama tiga tahun. Bekerja sama dengan Dinas Perikanan Kota Sidoarjo, program pengmas ini memastikan supply chain, pemasaran produk, serta aktivitas warga pesisir dalam mengolah hasil laut dapat berjalan dengan baik dan pada akhirnya mampu mandiri.
“Ekonomi biru ini bisa menjadi salah satu alternatif baik di bidang energi maupun ekonomi. Penerapan ekonomi biru membutuhkan kontribusi tidak hanya dari pemerintah dan industri, tetapi juga akademisi, masyarakat, dan pengusaha sosial atau yang biasa disebut sebagai model Penta Helix,” ujar Vindaniar.
Membentuk Lulusan Unggul dan Sadar Lingkungan
Kontribusi universitas terhadap keberlanjutan lingkungan telah menempatkan UI pada pencapaian yang sangat baik dalam pemeringkatan perguruan tinggi di dunia dalam mendukung tercapainya SDGs.
“Dalam Times Higher Education (THE) Impact Rankings 2023, UI menempati posisi ke-20 dunia. Adapun dalam UI GreenMetric World University Rankings, UI menempati posisi tertinggi di Asia dan ke-24 di dunia,” ucap Agustin pada acara puncak Dies Natalis UI ke-74.
Pencapaian UI dalam pemeringkatan ini dijelaskan secara lebih detail oleh Rahmi, S.Hum., M.Sc., Ph.D, Kepala Bagian Sinergi, Keselarasan, dan Pengelolaan Peringkat Universitas Indonesia. Menurut Rahmi, setiap tahun UI mengikuti tiga pemeringkatan yang menilai komitmen perguruan tinggi terhadap SDGs, yakni THE Impact Rankings, UI GreenMetric, dan QS Sustainability Ranking. Kriteria penilaian dari ketiga institusi pemeringkatan ini berbeda-beda.
THE Impact Rankings mengukur komitmen perguruan tinggi dalam mengimplementasikan 17 poin SDGs dengan lebih dari 200 sub indikator dari setiap poin. Sementara kriteria penilaian UI GreenMetric terdiri dari enam indikator, yakni penataan ruang dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, tata kelola sampah dan limbah, tata kelola air, transportasi, serta pendidikan dan penelitian.
“Kalau QS Sustainability Ranking menggunakan tiga indiktor, social impact, environmental impact, dan governance. Bobot penilaian social dan environmental masing-masing sebesar 45 persen. Sementara governance sebesar 10 persen,”ucap Rahmi.
Rahmi menambahkan, dalam memenuhi kriteria pemeringkatan, universitas perlu membuktikan telah melaksanakan program yang sesuai dengan 17 poin SDGs. Pada poin 9 SDGs mengenai Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, misalnya, dibuktikan melalui kerja sama antara UI dengan The National University of Singapore pada empat bidang, yaitu research and innovation, postgraduate program, student mobility program dan executive education program.
Upaya lain yang dilakukan UI dalam mendukung poin 9 SDGs ialah membangun infrastruktur di daerah terpencil. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, UI membangun jembatan gantung di Sukabumi, Jawa Barat, untuk menghubungkan dua desa yang sebelumnya terpisah oleh sungai. Inisiatif lainnya ialah kampanye Infrastruktur untuk Semua. Melalui kampanye ini, UI menawarkan cara pandang baru bahwa infrastruktur yang inklusif dan berkelanjutan bukanlah sekadar impian, tetapi dapat diwujudkan dan dinikmati oleh semua orang.
Lebih jauh Rahmi menjelaskan, dengan pembuktian inilah UI berhasil meraih posisi yang baik dalam pemeringkatan. Menurutnya pencapaian ini meningkatkan reputasi sekaligus memperluas jaringan UI di kancah global. Kendati demikian, sebagai institusi yang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, kepedulian UI terhadap pembangunan diharapkan dapat mendorong lahirnya generasi masa depan bangsa yang semakin peduli terhadap isu lingkungan.
“Dengan mengintegrasikan 17 poin SDGs dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, kami berharap UI dapat membentuk lulusan yang tidak hanya unggul dalam akademis, tetapi juga memiliki kesadaran yang kuat terhadap isu-isu berkelanjutan, lingkungan, dan perubahan iklim,” ucap Rahmi.