Inovasi UI untuk Penyandang Disabilitas

Iktikad untuk menciptakan perguruan tinggi yang inklusif dan ramah disabilitas mendorong civitas akademika UI melahirkan beragam inovasi yang mampu mempermudah hidup kelompok disabilitas. Berikut beberapa inovasi karya UI untuk penyandang disabilitas.

UKBI untuk Difabel (UUD)

Muhamad Rifai Hasbi, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) dinobatkan sebagai Juara Pertama Duta Bahasa Tingkat Nasional 2023. Penghargaan ini diraih berkat Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI) untuk Difabel, inovasi yang dirancang untuk mempermudah penyandang disabilitas.

UKBI Difabel merupakan laman pemodelan UKBI untuk disabilitas rungu. Inovasi ini dirancang dengan tujuan mengakomodasi kebutuhan penyandang disabilitas rungu yang ingin mengikuti UKBI. Dirancang bersama Dina Azza Nuraqila, mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FF UI), Inovasi ini juga menyediakan akses informasi program kebahasaan bagi penyandang disabilitas.

“Program ini tidak hanya menjadi alat uji coba, tetapi juga menjadi media peningkatan kapasitas kebahasaan bagi penyandang disabilitas. Selain itu, program ini sekaligus mengawali upaya sertifikasi kebahasaan bagi penyandang disabilitas,” kata Rifai.

TRANSAURA

Minimnya aksesibilitas penerjemahan bahasa isyarat bagi masyarakat umum mendorong tiga mahasiswa Universitas Indonesia (UI) menciptakan alat penerjemah bahasa isyarat TRANSAURA. Menggunakan teknologi TensorFlow dan Raspberry Pi, inovasi ini diciptakan oleh Daffa Fairuzaufa Athallah Raharjo (Fakultas Teknik UI, 2020), Aine Shahnaz Tjandraatmadja (Fakultas Ilmu Keperawatan UI, 2020) dan Almaz Scarletta Tjakrashafanti (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, 2018).

TRANSAURA didesain dengan bentuk portable box sehingga mudah ditempatkan dan dipindahkan. Inovasi ini memiliki dua sisi. Sisi pertama diperuntukkan untuk teman tuna rungu. Sementara sisi kedua digunakan untuk teman dengar. TRANSAURA memungkinkan komunikasi dua arah tanpa perlu penerjemah.

“Layar pertama akan menjadi tempat penerjemah bahasa isyarat menggunakan object detection dengan bantuan TensorFlow. Layar kedua akan mengeluarkan teks yang terletak pada sisi belakang alat tersebut,” ujar Daffa.

Afta B-ionik

Prostesis merupakan alat yang dirancang untuk mengantikan bagian tubuh yang hilang seperti tangan dan kaki. Kehadiran alat ini sangat membantu para pasien amputasi. Namun untuk bisa menggunakan prostesis dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Prostesis tangan dibanderol seharga Rp500 juta. Biaya ini belum termasuk biaya operasi berkisar Rp150 juta.

Keterbatasan akses untuk melakukan berbagai aktivitas serta mahalnya biaya yang diperlukan untuk bisa menggunakan prostesis mendorong tiga mahasiswa UI menciptakan Afta B-ionik, tangan palsu canggih untuk penyandang disabilitas. Afta B-ionik diciptakan oleh Muhammad Arifin Julian, Aulia Ulfah, dan Muhammad Yusuf Abdurrahman dengan memanfaatkan teknologi Electroencephalography (EEG).

Teknologi ini mampu menghasilkan perintah yang dapat menggerakkan tangan prostetik robotik sesuai keinginan penggunanya. “Dengan menggunakan inovasi kontrol EEG, kami mampu mengubah sinyal impuls otak menjadi perintah gerak sehingga tangan prostesis menjadi lebih fungsional. Sistem EEG dapat membaca gelombang otak karena sudah dimodifikasi dengan internet of thing (IoT) sehingga memungkinkan pengguna mengontrol benda lain yang terintegrasi IoT,” ujar Arifin.

Bagikan artikel ini

Artikel lainnya