Apikasi berbasis kecerdasan artifisial ini membantu pasien fisioterapi berlatih secara mandiri. Dapat menyimpan data perkembangan pasien sehingga memudahkan pemantauan dari fisioterapis.
Menjalani fisioterapi menjadi aktivitas sebagian pasien untuk bisa kembali pulih seperti sedia kala. Terapi yang bertujuan untuk memulihkan, memelihara, dan memaksimalkan fisik secara keseluruhan ini dilakukan bagi para pasien yang mengalami cedera maupun pemulihan penyakit seperti stroke. Fisioterapi yang mencangkup rehabilitasi ini membantu pasien memiliki tubuh lebih sehat dan bugar.
Di masa pandemi Covid-19, ketika fasilitas kesehatan difungsikan menangani pasien suspek, banyak pasien yang kesulitan melakukan terapi latihan bersama fisioterapis. Sebagian pasien menghindari mendatangi fasilitas kesehatan karena khawatir terpapar virus Corona. Fisioterapi secara online bisa menjadi solusi. Hanya saja, melakukan sesi latihan melalui fitur video call WhatsApp yang dipandu langsung oleh terapis dirasa belum optimal.
Kendala yang dihadapi pasien fisioterapi inilah yang mendorong lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI) menciptakan FisioMotion, aplikasi untuk membantu masalah kesehatan para pasien fisioterapis. Inovasi ini merupakan karya kolaborasi lintas fakultas yang terdiri dari Darren Ngoh (Fakultas Ilmu Komputer), Indri Klarissa Ramadhanti (Fakultas Ilmu Komputer) Rio Fernando Alexander (Fakultas Ilmu Administrasi), Muhammad Mikail Athif Zhafir (Fakultas Kesehatan) dan Alifia Azzahra Putri Satrio (Program Pendidikan Vokasi).
FisioMotion dirancang untuk memudahkan latihan pasien secara mandiri dengan bantuan machine learning berbasis kecerdasan artifisial (AI). Inovasi ini juga dirancang untuk membantu mekanisme kerja para fisioterapis. Melalui aplikasi ini, fisioterapis dapat melihat serta memantau perkembangan pasien dari waktu ke waktu setelah menjalani fisioterapi.
Cara menggunakan aplikasi ini pun terbilang mudah. Pengguna atau pasien hanya perlu membuka aplikasi dan melihat jadwal latihan yang harus dikerjakan. Kemudian pasien dapat menjalankan latihan dengan menggunakan kamera yang terdapat pada telepon genggam, lalu sistem secara langsung akan membantu mendeteksi dan mengoreksi jika pasien melakukan gerakan yang salah.
Darren Ngoh yang merupakan salah satu inovator FisoMotion mengatakan, masalah yang terjadi pada isu kesehatan harus mampu dijawab dengan teknologi saat ini. Mobilisasi pasien yang begitu terbatas akibat pandemi Covid-19 menjadi latar belakang lahirnya FisioMotion.
“Sebetulnya yang dilakukan para fisioterapis di rumah sakit hanya memvalidasi apakah gerakan pasien benar atau salah. Dari peluang itu kami coba aplikasikan AI dengan tujuan untuk memvalidasi gerakan pasien sehingga pasien tidak perlu pergi ke rumah sakit. Selain itu pengguna aplikasi juga mendapat feedback secara realtime,” ujar Darren.
Darren menambahkan, fisioterapis umumnya dapat membantu terapi 6-10 pasien per hari. Sementara melalui FisioMotion, fisioterapis dapat memantau 20-25 pasien per hari. Oleh karena itu, Darren dan seluruh Tim FisioMotion berharap, kendati telah memasuki fase endemi, aplikasi ini diharapkan dapat terus berguna dan bermanfaat bagi pasien dan fisioterapis. FisioMotion diharapkan dapat mengurangi antrean terapi offline dan membantu lebih banyak pasien untuk sembuh.
Besarnya manfaat yang dirasakan pasien fisioterapi dengan hadirnya aplikasi ini, telah mengantarkan FisioMotion meraih penghargaan People’s Choice Award pada ajang internasional, National University of Singapore (NUS) Medical Grand Challenge 2022.