Ghina Raihanah Tadjoedin: Bekerja, Berkarya, dan Berdampak

Banyak peluang untuk bisa berdampak pada orang lain. Ia memilih jalan hidupnya untuk bisa memberi dampak positif bagi perempuan Indonesia. 

Jauh sebelum dikenal sebagai Runner-up IV Puteri Indonesia 2024, Ghina Raihanah Tadjoedin telah mengukir segudang prestasi. Ketika duduk di bangku sekolah menengah atas, perempuan kelahiran Jakarta, 19 September 2001, ini  terpilih sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Tingkat Provinsi DKI Jakarta. 

Selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI), Ghina, demikian ia akrab disapa, aktif sebagai Sekretaris Jenderal Jakarta International Model United Nations (JMUN) dan meraih berbagai penghargaan internasional, salah satunya Diplomacy Award pada konferensi London International Model United Nations (MUN). Bersama rekan-rekannya, ia juga mendirikan InPower Indonesia, organisasi nirlaba untuk meningkatkan representasi substantif dan ketertarikan perempuan dalam proses pembuatan kebijakan (policymaking).

Ketertarikannya untuk mengeksplorasi berbagai kegiatan positif sebetulnya didasari motivasi sederhana, yakni menemukan topik diskusi dengan ayahnya. Baginya, ayah merupakan tempat bertukar pikiran, berdebat, berdiskusi, sekaligus sosok yang menginspirasinya. 

“Motivasi awalnya seperti itu. Namun ketika kuliah dan saat ini sudah bekerja, saya melihat banyak kesempatan, tinggal memilih di mana kita bisa berdampak bagi orang lain,” ujar Ghina. 

Memberi dampak bagi orang lain merupakan satu dari tiga prinsip hidup yang ia pegang teguh. Menurut Ghina, dalam menjalani kehidupan ini, ia ingin menemukan titik keseimbangan, yakni bekerja, berkarya, dan berdampak. Bekerja menjadi cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berkarya artinya membuat legacy bagi diri dan keluarga. Sementara berdampak ialah mendedikasikan setiap langkah yang diambil untuk memberikan manfaat bagi banyak orang, baik skala nasional maupun internasional. 

Ketiga prinsip hidup inilah yang membuatnya memilih bekerja sebagai researcher di Indonesia Ocean Justice Initiative. Di lembaga think-tank dan advokasi kebijakan ini, ia meneliti berbagai kekosongan hukum di berbagai aspek lingkungan dan kelautan Indonesia kemudian memberi rekomendasi terhadap kekosongan hukum tersebut kepada Pemerintah Indonesia. Bersama rekan kerjanya ia juga merancang program yang berdampak pada seluruh lapisan masyarakat sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. 

“Misalnya, kami mengadvokasi hak-hak masyarakat yang bergantung pada laut, seperti aktivis mangrove, nelayan kecil, dan ABK migran,” ucap Ghina.

Mahasiswa Berprestasi II FH UI 2022 ini berharap perempuan Indonesia dapat lebih berdaya dan lebih berani untuk berkarya di mana pun. Dengan begitu, ketika perempuan menjadi pemimpin bukanlah sesuatu yang luar biasa dan perlu dirayakan lagi. Tidak perlu lagi ada selebrasi sebab kepemimpinan perempuan sudah biasa dan hadir di seluruh aspek kehidupan.

Bagikan artikel ini

Artikel lainnya