Keputusannya menjadi content creator ditentang orang-orang terdekatnya. Butuh keyakinan dan kerja keras untuk membuktikan bahwa jalan hidup yang dipilihnya adalah pilihan yang tepat.
Bagi para pencinta horor dan folklore di Tanah Air, nama Fajar Aditya tentu tak asing di telinga. Content creator di platform Youtube ini memiliki 4,6 Juta subscriber. Namun jauh sebelum channel Youtube-nya dikenal luas masyarakat, Founder sekaligus Chief Executive Officer PT RJL Group Media Nusantara ini sempat bercita-cita menjadi abdi negara.
Merampungkan pendidikan sarjana Administrasi Negara di Universitas Indonesia pada 2014, impiannya bekerja di pemerintahan belum bisa terwujud lantaran pemerintah belum membuka pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Bagi Fajar, pupusnya kesempatan menjadi PNS bukan perkara besar. Pada dasarnya ia telah menentukan tiga bidang sebagai karier di masa depan.
“Dalam memilih karier, lebih nyaman memakai sepatu sendiri daripada sepatu orang lain. Sepatu yang paling sesuai buat saya ada tiga bidang, pemerintahan, entrepreneur, dan entertainment,” terang Fajar.
Namun karena desakan dari keluarga, terlebih sebagai anak pertama, membuatnya harus menjalani pekerjaan di luar bidang yang diinginkannya. Ia kemudian bekerja di salah satu anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara sebagai Analisis Claim Marine Cargo Insurance. Di perusahaan ini Fajar bertugas melakukan investigasi untuk menilai apakah klaim yang diajukan nasabah sesuai dengan polis atau tidak.
Bagi pria kelahiran Jakarta 1992 ini, bekerja sebagai analis merupakan hal menyenangkan. Namun melihat rekan-rekannya sukses bekerja di industri digital, memantik kembali keinginannya untuk bisa berkiprah di bidang entertainment. Pertemuan dengan teman-temannya semasa kuliah yang berhasil menjadi content creator di industri digital di Tanah Air membuatnya memutuskan membuat konten di Youtube.
“Teman-teman sering juluki saya no life karena Senin-Jumat bekerja dan akhir pekan membuat konten. Tapi selama empat tahun bikin konten nggak ada yang menonton,” ucap Fajar.
Dihadapkan pada Pilihan Sulit
Bagi sebagian orang, mendedikasikan waktu bertahun-tahun dan tak membuahkan hasil cukup menjadi dasar pertimbangan untuk berhenti dan mencari alternatif lain. Namun Fajar memiliki pandangan berbeda. Intuisinya mengatakan, ia akan sukses meniti masa depannya di dunia digital. Keyakinan inilah yang membuatnya memutuskan berhenti dari pekerjaan dan fokus membesarkan channel RJL 5.
Keputusannya untuk resign dari pekerjaan bukan tanpa tentangan. Baik keluarga maupun teman-teman terdekatnya menyayangkan keputusannya. Berbekal tabungan untuk bertahan hidup selama enam bulan, ia memantapkan langkahnya menjadi content creator. Namun garis hidup belum menuntunnya ke arah impian yang ia harapkan. Enam bulan berlalu dan channel Youtube-nya masih sepi pengunjung.
Maka ketika pemerintah membuka pendaftaran CPNS, ia bergegas mendaftarkan diri hingga memasuki tahap akhir. Menjelang seleksi akhir, konten Om Mamat (Obrolan Malam Jumat) yang mengangkat tentang urban legend di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP UI) tiba-tiba viral. Di masa inilah ia berada pada persimpangan hidup. Di hadapannya terbentang dua pilihan, menjadi pegawai pemerintah seperti yang pernah dicita-citakannya atau menjadi content creator.
“Akhirnya tetap mengikuti seleksi, tetapi dijalani dengan setengah hati karena mengikuti kata hati untuk fokus membesarkan RJL 5. Menjadi content creator adalah jalan ninjaku,” ucapnya seraya tertawa.
Menyisipkan Edukasi dan Nilai-nilai Budaya
Memandang horor dengan pendekatan sains, logika, budaya, hingga komedi menjadi visi Fajar dalam membesarkan channel RJL 5. Selain menyuguhkan kisah-kisah horor yang disukai masyarakat, konten yang disajikan diselipkan edukasi dan nilai-nilai budaya. Ini penting agar masyarakat yang menonton tidak hanya terhibur, tetapi bisa mendapat pengetahuan dan wawasan yang baru.
“Makanya RJL 5 tidak ada setting-an. Saya tidak mau mencari narasumber kemudian membayarnya agar bercerita sesuai kemauan saya. Yang disajikan adalah cerita asli narasumber dan ditambahkan edukasi dan nilai-nilai budaya,” tegas Fajar.
Fajar yang saat ini tengah menempuh pendidikan Magister Antropologi UI berpesan kepada mahasiswa agar tidak menyia-nyiakan waktu selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Tentukan apa yang ingin dicapai selepas lulus. Jika sudah memiliki cita-cita, perkaya wawasan dan kompetensi dengan belajar kepada para ahlinya. Menurutnya, bagaimanapun cara terbaik menimba ilmu adalah dengan pengalaman.