Program MBKM FKMUI dirancang agar mahasiswa memiliki kompetensi sebagai bekal berinteraksi dengan masyarakat dan siap menghadapi dunia kerja.
Program persiapan karier yang komprehensif untuk mempersiapkan generasi terbaik Indonesia yang dikemas dalam program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenbudristek) Republik Indonesia menjadi salah satu program yang banyak diminati para mahasiswa. Kendati demikian, tidak seluruh program studi dalam sebuah universitas wajib mengikuti program tersebut.
Dr. Ir. Asih Setiarini, M. Sc, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menjelaskan, sejalan dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Indonesia, program studi di bawah Rumpun Ilmu Kesehatan tidak wajib mengikuti program MBKM. Kendati demikian, FKM UI berupaya mengakomodir mahasiswa yang ingin mengikuti program MBKM.
Praktik MBKM yang merupakan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, ini diluncurkan ketika kegiatan belajar mengajar telah berjalan. Guna menyesuaikan program MBKM dengan kegiatan belajar mengajar, FKM UI menerapkan sistem sederhana seperti mengonversi kegiatan mahasiswa untuk kemudian ditransfer sebagai satuan kredit semester.
Implementasi MBKM terutama bagi mahasiswa angkatan 2020 ke bawah kemudian dirancang lebih komprehensif. Dengan adanya perubahan kebijakan mata kuliah wajib dari Universitas Indonesia yang sebelumnya berjumlah 18 SKS menjadi 9 SKS, FKM UI mencoba melihat kurikulum yang ada. Revisi minor terhadap mata kuliah pilihan dilakukan. Jumlah SKS mata kuliah pilihan ditambah 9 SKS yang tidak terpakai sangat cukup bagi mahasiwa untuk mengikuti kegiatan MBKM.
“Sebaran mata kuliah kami atur kembali sehingga semester 7 sengaja kami kosongkan untuk kegiatan MBKM. Mahasiswa dapat mengikuti kegiatan MBKM hingga 20 SKS,” jelas Asih.
Kegiatan MBKM pada dasarnya dilakukan setelah mahasiswa menyelesaikan mata kuliah wajib atau dikenal dengan core competency. Esensi dari MBKM sendiri ialah kesempatan bagi mahasiswa yang untuk memperkaya wawasan di bidang apa saja sesuai dengan minatnya. Di FKM UI, sebelum adanya MBKM, mahasiswa telah diberi kesempatan mengambil mata kuliah pilihan lintas fakultas, seperti mata kuliah di Fakultas Psikologi atau Sastra Italia di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.
Program Inisiasi Internal
Upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa dengan cara menimba pengetahuan dan pengalaman di luar kelas sebetulnya telah dilakukan FKM UI sejak lama, salahnya melalui mata kuliah intensif yang dikenal dengan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL). Mahasiswa terlibat secara langsung mempelajari situasi, menganalisis, dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam sebuah wilayah.
“Di FKM UI kami membuat metode pembelajaran student centered learning. Dengan pendekatan problem based learning, mahasiswa terbiasa dihadapkan pada masalah sehingga dituntut mencari solusi atas permasalahan tersebut. Untuk menyelesaikan masalah perlu ilmu, teori, dan pengalaman,” terang Asih.
Asih menambahkan, praktik PBL dirancang dalam tiga tahap. Program PBL 3 sudah dirancang menjurus pada peminatan, seperti peminatan biostatistik informatika kesehatan dalam praktik di lapangan akan berfokus pada analisis data. Praktik lapangan ini umumnya berlangsung selama dua bulan dan hanya sembilan SKS. Sementara MBKM memberi kesempatan yang lebih luas dengan jumlah SKS mencapai 20 SKS.
Kolaborasi adalah Kunci
Lebih jauh Asih menjelaskan, dengan jumlah SKS yang besar, mahasiswa berkesempatan menimba pengalaman secara intensif selama empat hingga enam bulan. Durasi internship yang cukup panjang ini tidak hanya menguntungkan bagi mahasiswa, tetapi juga perusahaan, maupun institusi pendidikan. Dengan durasi magang hingga enam bulan, dipercaya mampu meningkatkan kompetensi mahasiswa sehingga bisa berkontribusi bagi perusahaan.
Bagi institusi pendidikan, lanjut Asih, program ini mendorong institusi untuk melahirkan lulusan yang memiliki bekal untuk bekerja dan berinteraksi dengan masyarakat. Menurut Asih, tak ada mata kuliah soft skill seperti bagaimana menjadi leader, bagaimana cara menganalisis situasi yang dihadapi, dan mencari solusi di tengah situasi penuh tekanan. Kemampuan ini dapat diraih dengan pengalaman dan MBKM memberi pengalaman tersebut bagi para mahasiswa.
“Saya sering mengatakan, tidak apa-apa jika tidak meraih IPK 4.0 sebab pengalaman lebih penting. Mahasiswa yang aktif akan memiliki pengalaman yang membuatnya bisa survive di dunia kerja. MBKM ini salah satu bentuk pembelajaran yang sangat baik untuk mahasiwa menimba pengalaman,” ucap Asih.
Guna semakin mengintensifkan MBKM, FKM UI terus memperluas kerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari lembaga pemerintah seperti Badan Perencanaan Daerah, Dinas Kesehatan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti BUMN konstruksi, perusahaan swasta, hingga rumah sakit. Langkah ini diambil FKM UI sejalan dengan kepercayaan bahwa kemajuan hari ini dapat dirah dengan kolaborasi.
“Kami juga menjalin kerja sama dengan Hyundai. Perusahan asal Korea Selatan tersebut memiliki training center untuk pekerja yang hanya ada dua di dunia, di Korea dan Indonesia. Berkat kerja sama ini kami memiliki kesempatan untuk memanfaatkan training center tersebut,” terang Asih.
Program MBKM di FKM UI tidak hanya sebatas pada praktik kerja di luar kelas, tetapi juga mendukung mahasiswa menempuh pendidikan di luar negeri, salah satunya melalui International Student Mobility Awards (IISMA), beasiswa yang memungkinkan mahasiswa belajar satu semester di perguruan tinggi terbaik di luar negeri.
“Kami berharap dengan melihat dunia luar, melihat suasana di negeri lain, mempelajari etos kerja dan metode pelajarannya yang berbeda, para mahasiwa yang memperoleh beasiswa ini nantinya dapat menularkan pengalaman tersebut kepada teman-temannya,” tutup Asih.