Dr. dr. Dhanasari Vidiawati, M.Sc, CM-FM, Sp.KKLP
Darah pada tubuh manusia terdiri atas tiga macam, yaitu sel darah merah (eritrosit) yang fungsinya mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan memiliki protein utama bernama hemoglobin, sel darah putih (leukosit) yang melindungi tubuh dari infeksi, dan kepingan darah (trombosit) yang membantu pembekuan darah.
Anemia adalah keadaan di mana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari nilai batas. Nilai batas ditentukan berdasarkan hasil penelitian, bahwa gejala dan keluhan dapat terjadi apabila nilai hemoglobin dalam darah kurang dari nilai batas. Untuk laki-laki dewasa di bawah 13,5 gram per desi liter (gr/dl), sementara untuk perempuan di bawah 12 gr/dl.
Walau nilai batas tersebut tidak mutlak, tergantung dari gejala yang dialami dan hasil pemeriksaan darah lainnya, tetapi batas tersebut adalah batas yang digunakan secara umum. Lantas mengapa mahasiswa baru yang berusia remaja dan dewasa muda dapat mengalami anemia?
Usia remaja adalah ‘growth spurt’ gelombang kedua. Growth spurt adalah pertumbuhan pesat dalam siklus tumbuh kembang manusia. Gelombang pertama adalah masa bayi dan balita, sementara gelombang kedua adalah masa remaja dan dewasa muda. Pada saat pertumbuhan pesat tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi untuk memproduksi sel darah merah baru guna mendukung peningkatan masa otot dan jaringan tubuh lainnya.
Penyebab Anemia pada Remaja dan Dewasa Muda
Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan anemia pada remaja atau dewasa muda, seperti terbatasnya cadangan zat besi pada tubuh karena kurangnya asupan zat besi atau terlalu banyak zat besi yang dikeluarkan. Kurangnya zat besi karena pemilihan makanan yang rendah zat besi atau kurang asupan secara keseluruhan akibat kesalahan jenis diet.
Kurangnya asupan zat lain yang membentuk sel darah merah, yaitu vitamin B12 dan Asam Folat juga dapat menyebabkan anemia pada seseorang. Menstruasi setiap bulan yang dialami remaja dan dewasa muda perempuan akan menyebabkan kehilangan sel darah merah dan zat besi sehingga berpotensi mengalami anemia.
Anemia juga dapat dialami seseorang yang mengalami sakit kronik, misalnya infeksi Tuberkulosa, HIV-AIDS, penyakit ginjal kronik, dan sebagainya. Pada infeksi kronik, terdapat beberapa jalur yang menyebabkan anemia, yaitu adanya sitokin pro inflamasi yang mengurangi perangsangan produksi sel darah merah, kerusakan sel darah merah, gangguan penyerapan zat besi dan perdarahan yang terjadi akibat penyakitnya. Anemia juga dapat terjadi pada penderita gangguan sumsum tulang, tempat produksi sel darah merah.
Gejala dan Dampak Anemia
Gejala yang dirasakan seseorang ketika mengalami anemia sangat bervariasi, seperti merasa lelah dan lesu sepanjang waktu, kulit tampak lebih pucat dari biasanya, sesak napas, terutama ketika beraktivitas fisik, dan merasa pusing atau vertigo. Gejala lainnya ialah detak jantung lebih cepat dari biasanya, sering mengalami sakit kepala dan sulit berkonsentrasi, baik kesulitan untuk fokus atau mengingat sesuatu.
Anemia berdampak pada banyak hal, salah satunya menurunkan kinerja seseorang. Anemia dapat menyebabkan kelelahan, lemas, kesulitan berkonsentrasi sehingga mengganggu prestasi akdemik atau pekerjaan. Pada remaja, anemia dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif.
Seseorang yang mengalami anemia juga rentan terhadap infeksi. Sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat anemia dapat meningkatkan risiko infeksi. Risiko lainnya ialah gangguan perkembangan organ. Anemia berat pada masa pertumbuhan dapat berdampak pada perkembangan organ-organ vital seperti jantung.
Cara Mencegah Anemia
Untuk mencegah dan mengatasi anemia pada remaja dan dewasa muda, beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan bergizi. Perbanyak konsumsi makanan kaya zat besi seperti daging merah, unggas, ikan, sayuran hijau berdaun gelap, dan kacang-kacangan. Jika diperlukan, dokter dapat meresepkan suplemen zat besi, vitamin B12, atau asam folat.
Penting bagi remaja dan dewasa muda untuk menjaga pola hidup sehat dengan cara cukup tidur, olahraga teratur, dan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok. Yang tak kalah penting, jika mengalami gejala anemia, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Pemeriksaan kesehatan berkala sangat penting untuk mendeteksi dini masalah kesehatan yang terjadi pada diri kita. Anemia pada tahap ringan bisa saja tanpa gejala, atau ada gejala, tetapi tidak disadari. Untuk remaja dan dewasa muda perempuan, anemia perlu ditanggulangi sedini mungkin karena dalam beberapa tahun kedepan, akan menghadapi kehamilan dan persalinan, suatu keadaan yang harus menghindari anemia.
Kehamilan dalam keadaan anemia dapat menyebabkan stunting pada janin yang dikandungnya. Pada saat persalinan, ibu melahirkan dengan anemia dapat menyebabkan perdarahan pasca melahirkan, dan ibu menyusui dengan anemia akan menghasilkan kualitas ASI yang buruk.
*Dr. dr. Dhanasari Vidiawati, M.Sc, CM-FM, Sp.KKLP merupakan Ketua Program Studi Sp1 KKLP FKUI dan Kepala Klinik Satelit UI Makara