Medio Juni lalu, Universitas Indonesia (UI) telah menyerahkan secara simbolis Bus Listrik Merah Putih untuk mendukung penyelenggaraan Presidensi G20.
Tak hanya Presidensi G20, bus listrik produksi anak bangsa ini siap digunakan untuk berbagai kegiatan lainnya, termasuk di lingkungan kampus.
PENGEMBANGAN SEJAK 10 TAHUN LALU
Menurut Tim Riset Kendaraan Listrik UI Dr-Ing. Mohammad Adhitya, ST, M.Sc, pengembangan bus listrik yang melibatkan UI telah dirintis sejak 10 tahun lalu. Ia bercerita, pada tahun 2012, Pemerintah memberi amanat kepada lima perguruan tinggi, yakni UI, UGM, UNS, ITS, dan ITB untuk mengembangkan teknologi kendaraan listrik. Dua tahun berselang, dimulai pelaksanaan penelitian Mobil Listrik Nasional (Molina). Tim Molina UI terdiri atas dosen, peneliti, dan mahasiswa dari berbagai dispilin keilmuan di UI.
“Saat itu, targetnya tahun 2018 kita bisa memasarkan kendaraan listrik jenis city car. Namun, Molina terhenti di tahun 2016. Sebelum Molina terhenti, di tahun 2014, UI kebetulan membuat bus listrik konversi,” ungkap Adhitya.
Bus listrik konversi adalah bus listrik diesel yang diubah menjadi bus listrik. Bus konvensional saat itu adalah Hino tipe R260. Maksud pembuatan bus listrik ini adalah peran serta nyata dalam UI Green Metric World Green University Ranking, yakni Pemeringkatan Kampus Hijau Dunia yang digagas oleh UI. Salah satu penilaian UI Green Metric World Green University Ranking adalah sistem transportasi di lingkungan kampus.
“Kalau suatu perguruan tinggi bisa menggunakan sistem transportasi ramah lingkungan hijau, maka bisa meningkatkan penilaian atau pemeringkatan kampus hijau internasional,” ujar Adhitya.
Setelah tahun 2016, Adhitya meneruskan, UI sempat mengoperasikan bus listrik konversi tersebut di lingkungan kampus. Namun, terkendala teknis baterainya sehingga saat ini bus tersebut tidak beroperasi.
“Setelah kami membuat bus konversi, ada beberapa permintaan yang mengerucut pada penggunaan bus listrik di lingkup lebih luas lagi. Perimtaan itu datangnya antara lain dari Damri dan PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) yang mengelola Kawasan Nusa Dua, Bali. Sayangnya, kami belum bisa memenuhi permintaan- permintaan tersebut karena belum ada aturan yang mengatur tentang kendaraan listrik konversi. Aturan yang sudah ada adalah kendaraan listrik konversi roda dua. Untuk roda empat atau lebih belum ada aturannya bahkan hingga saat ini,” Adhitya menjabarkan.
Selain itu, tambah Adhitya, ada aturan lain yang tak bisa dilanggar. Aturan yang dimaksudnya adalah terkait UI sebagai perguruan tinggi.
“Jika kita membuat kendaraan, maka harus lulus sertifikasi laik jalan yang diawali dengan mendaftarkannya di Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Nanti, akan menerima Nomor Induk Kendaraan (NIK) atau Vehicle Identification Number (VIN). Untuk bisa mendapatkan NIK, harus didaftarkan oleh perusahaan kendaraan atau kalangan industri. UI tidak bisa melakukan hal itu karena bukan pelaku industri otomotif. Setelah mendapat NIK, maka akan dilakukan uji tipe di Kementerian Perhubungan,” paparnya.
SIAP BEROPERASI
Memasuki tahun 2019, Adhitya menambahkan, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LDPP) meluncurkan Program Riset Produktif. Bus Listrik Merah Putih merupakan salah satu wujud konkret program tersebut.
“Produktif di sini artinya bisa menghasilkan suatu produk yang akan meningkatkan produktivitas masyarakat, misalnya tumbuhnya industri baru. Dalam konteks ini, misalnya, industri komponen kendaraan listrik. Program Riset Produktif berlangsung multiyears hingga tahun 2023,” kata Adhitya.
Berbekal pengalaman pembuatan bus listrik konversi sebelumnya, kata Adhitya, UI mengembangkan bus listrik bersama mitra industri kendaraan yang bisa mendaftarkan kendaraan di Kemenperin dan mengikuti uji tipe di Kemenhub. Harapannya, bus listrik ini bisa dijual kepada masyarakat sehingga pemanfaatannya lebih luas lagi.
“Jadilah Bus Listrik Merah Putih yang benar-benar dibuat untuk menjadi kendaraan listrik, bukan konversi. Pengembangan bus listrik ini bermitra dengan industri otomotif, yakni PT Mobil Anak Bangsa sebagai aggregator industry dan PT Pindad (Persero) yang menyediakan komponen-komponennya. Ada pula PT NSAD Riset Pengembangan Teknologi untuk sistem motor dan PT AICOOL untuk sistem pendingin udara,” imbuhnya.
Bus Listrik Merah Putih telah diperkenalkan kepada khalayak luas. Salah satunya saat puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Ke-27 yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI), pada Rabu (10/08/2022). Sebelumnya, Bus Listrik Merah Putih pun dipamerkan pada acara PERIKLINDO Electric Vehicle Show (PEVS) tanggal 22–31 Juli 2022 di Jakarta Internasional Expo (JIEXPO), Kemayoran, Jakarta Pusat.
Saat ini, Bus Listrik Merah Putih diujicobakan pada lintasan Transjakarta selama tiga bulan, dari 1 Agustus hingga akhir Oktober 2022 dengan rute Dukuh Atas 2-Ragunan (Koridor 6). Uji coba ini sekaligus menjadi uji coba bus listrik lokal pertama yang mengaspal di jalur Transjakarta.
Uji coba ini, kata Adhitya, bisa dilakukan setelah Bus Listrik Merah Putih mengantongi sertifikat uji laik dan uji tipe.
“Bus Listrik Merah Putih masih akan disempurnakan dan dikembangkan lebih lanjut. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia telah mampu menciptakan ahli-ahli teknologi, khususnya kendaraan listrik,” tandasnya.